Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sebuah Oase bagi Penderita Gizi Buruk

Kompas.com - 09/11/2011, 06:40 WIB

”Dia mulai turun berat badannya karena enggak mau makan, enam bulan lalu. Biasanya masih mau minum air teh atau dikasih susu,” tutur Titin.

Ibu Desti, Cucun (23), kini sedang repot karena juga memiliki satu anak berusia 6 bulan. Selisih kelahiran kedua anak itu hanya setahun. Sementara suaminya sibuk bekerja sebagai buruh di pabrik tahu. Keluarga itu berasal dari keluarga yang tidak berkecukupan.

”Pada saat krisis moneter 1998, pasien yang datang sekitar 40 orang setiap Selasa. Sekarang, setelah ada belasan puskesmas bisa menangani pasien gizi buruk, ada 20-30 pasien yang datang ke sini. Naik atau turun jumlahnya kalau begitu? Silakan Anda menilai,” tutur Bona Simanungkalit, dokter sekaligus peneliti Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi dan Makanan.

Data dari Klinik Gizi, selama tahun 2011 sudah ada 30 pasien gizi buruk dan 14 pasien kekurangan gizi yang baru ditangani, di luar pasien lama yang rutin ikut pemeriksaan. Sementara tahun 2010, ada 55 pasien baru. Jumlah itu relatif berfluktuatif, tetapi dokternya hanya ada tiga.

”Ini tidak dibayar. Murni probono dengan memanfaatkan waktu luang kami,” tutur Bona yang buka praktik di rumahnya.

Menurut dia, susah-susah gampang menangani kasus gizi buruk karena persoalannya tidak hanya medis. Tidak jarang pasien yang sudah ”lulus” tiga bulan kemudian balik lagi karena asupan gizinya kurang.

”Mestinya lintas sektor. Boleh tidak kami, dokter, membuat dua resep. Pertama untuk apotek menebus obat dan satu ke pemerintah daerah agar akar penyebab gizi buruknya teratasi,” tuturnya.

Jika tidak ada sinergi semacam itu, menurut Bona, sulit mengangkat anak-anak calon penerus bangsa itu dari jurang gizi buruk. (Antony Lee)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com