Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Habis Mbah, Terbitlah Jeng

Kompas.com - 04/12/2011, 14:48 WIB

Ini bisnis besar. Bayangkan, setiap pasien Jeng Ana rata-rata membayar Rp 1 juta hingga Rp 5 juta untuk berobat dan membawa pulang herbal racikan Jeng Ana yang diklaim ampuh mengobati penyakit apa pun, terutama kanker.

Merek dagang

Gambaran tentang penyembuh alternatif-supranatural yang modern, modis, dan dandan juga ada pada sosok Jeng Kenny (57). Ketika ditemui, Rabu (30/11/2011), di Pamulang, Banten, Jeng Kenny bersolek, mengenakan kerudung, dan kaftan modis yang penuh dengan manik. Hal yang sama terlihat pada sosok Jeng Nur Hikmah yang membuka praktik pengobatan supranatural di Perumnas Klender, Jakarta Timur. Dia berjilbab rapi dan mengenakan baju kurung.

Meski begitu, aroma magis tetap mereka pertahankan di ruang praktik. Di dinding ruang praktik Jeng Kenny yang tertutup dan bercahaya temaram terpampang gambar sosok yang disebut sebagai Nyi Roro Kidul dalam ukuran besar. Di dinding ruang praktik Jeng Nur terpasang tulisan Arab, simbol-simbol, dan dua bilah keris. Di meja tertata rapi majalah mistik dengan sampul depan bergambar Jeng Nur dalam balutan kebaya dan rambut disanggul.

Di ruang praktik tertutup itulah Jeng Kenny dan Jeng Nur mengobati penyakit pasien, terutama yang bersifat nonmedis. Jeng Nur mengaku spesialisasinya adalah mengurus persoalan rumah tangga, seperti perselingkuhan. Dari pengalamannya, persoalan ini semakin parah dari tahun ke tahun. Laki-laki dan perempuan zaman sekarang sama getolnya dalam urusan selingkuh.

Metode pengobatan Jeng Nur dan Jeng Kenny sama-sama mengandalkan doa. Mereka menempatkan diri sekadar sebagai perantara saja. ”Semua pengobatan supranatural semacam ini sama saja, pasti mengandalkan doa,” ujar Jeng Nur dengan suara lembut.

Kesamaan lainnya, mereka mengaku mendapatkan kemampuan mengobati orang lewat laku spiritual yang rumit. Selain itu, mereka juga sama-sama lebih nyaman dengan sebutan jeng.

Mengapa? Jeng Nur menggunakan sebutan jeng sekadar untuk menunjukkan dia orang Jawa dan keturunan priayi. Sementara itu, Jeng Ana mengatakan, sebutan jeng dalam tradisi Jawa biasanya dilekatkan pada anak muda yang memiliki kemampuan mengobati orang.

Apa kalau sudah tua tetap menggunakan sebutan jeng? Jeng Ana tertawa mendengar pertanyaan itu. "Sampai kapan pun saya tetap gunakan sebutan Jeng Ana karena itu sudah jadi merek dagang saya," katanya.

Ya, inilah para jeng penyembuh di era konsumsi yang sadar benar seluk-beluk pencitraan dan pemasaran.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau