Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menjinakkan Dengue dengan Bakteri

Kompas.com - 28/02/2012, 08:53 WIB

Akhir tahun 2010 Yayasan Tahija mulai berpaling ke upaya pengendalian hayati (biological control) memanfaatkan bakteri Wolbachia yang diusulkan seorang pakar, Dr Duane Gubler. Gubler merujuk ke pakar lain bernama Scott O’Neill, yang ketika itu menjadi Kepala Fakultas Ilmu-ilmu Biologi, University of Queensland, Australia.

Sebelumnya, ada juga tawaran dari sebuah perusahaan AS, Oxytech, yang mengusulkan penggunaan nyamuk Aedes aegypti transgenik. ”Untung kami tolak karena menimbulkan kontroversi di Malaysia,” kata A Wahyuhadi, Ketua Yayasan Tahija.

   Menurut Prof Scott O’Neill (50), yang sejak Juni 2011 menjadi dekan di Fakultas Sains Monash University di Melbourne, bakteri Wolbachia terbukti memblok transmisi virus dengue dari nyamuk Aedes aegypti ke manusia. Ia merupakan pakar pertama di dunia yang berhasil melakukan percobaan, baik laboratorium maupun di lapangan, di kota Cairns, Australia Utara. Jika nyamuk- nyamuk yang disuntik bakteri Wolbachia itu kawin dengan nyamuk biasa, akan lahirlah generasi baru nyamuk yang terinfeksi Wolbachia.

Bakteri Wolbachia diketahui hidup sebagai endosimbion di dalam 70 persen dari sekitar lima juta spesies serangga di seluruh dunia. O’Neill sendiri meraih gelar doktornya di bidang ilmu serangga (entomologi) dari University of Queensland dengan disertasi tentang Wolbachia di dalam tubuh serangga. Ia melanjutkan risetnya tentang Wolbachia pada lalat buah (Drosophila melanogaster) di University of Illnois, AS. Ketika ia menjadi dosen tahun 1991- 2001 di Yale University, AS, upayanya merekayasa genetika bakteri Wolbachia selalu gagal.

Idenya untuk memanfaatkan bakteri Wolbachia untuk pengendalian hayati nyamuk muncul setelah mengetahui keberhasilan Dr Seymour Benzer dari California Institute of Technology mengidentifikasi lalat Drosophila yang berumur pendek. Ternyata di otak lalat- lalat itu ditemukan strain Wolbachia yang tumbuh pesat menyerupai berondong sehingga strain bakteri itu disebut popcorn strain.

”Di Yale saya coba menginfeksi nyamuk Aedes dengan popcorn strain bakteri Wolbachia selalu gagal. Di Queensland baru berhasil setelah lima tahun, memakai teknik kultur jaringan,” tutur Scott O’Neill ketika ditemui di Yogya, Kamis (23/2) malam lalu. Temuannya telah dipublikasikan di majalah Nature tahun lalu.

Kini apa yang berhasil di laboratorium dan di Australia Utara menunggu penelitian lanjutan di Indonesia. Universitas Gadjah Mada beruntung dilibatkan dalam terobosan ini.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau