Uniknya, di pekarangan restoran pangan lokal ini juga tumbuh 6 jenis rumput lokal. Rumput itu dapat dijadikan bumbu dapur, seperti rumput goragosa dan uta mela sebagai pengganti asam jawa. Jenis rumput lainnya pun dipercaya bisa menjadi obat, seperti mola re’e.
”Sejumlah orang datang ke sini meminta rumput itu sebagai obat. Ada yang berniat menggantinya dengan uang, tetapi saya melarangnya. Rumput ini tumbuh alamiah, saya tidak pernah menyiramnya,” katanya.
Seiring berjalannya waktu, tak
”Ada wisatawan dari Amerika (Serikat), Belgia, Jerman, Australia, dan Italia yang senang masakan di sini,” cerita Martini.
Sayang, justru kaum muda dari Ende dan sekitarnya yang sampai sekarang kurang berminat pada masakan pangan lokal ini meski Martini sudah berusaha menawarkannya dengan harga sekitar Rp 22.500 per paket, yang terdiri dari nasi merah, ikan kuah asam, ngeta, sambal, dan minuman.
”Selama ini pelanggan kami lebih banyak yang datang dari luar Flores. Sedangkan warga Ende yang suka datang ke restoran umumnya berusia di atas 30 tahun,” katanya.
Meski belum menghasilkan keuntungan memadai, Martini tetap optimistis. ”Bagi saya, yang terpenting tujuan kami nantinya bisa tercapai. Setidaknya lewat restoran ini, masyarakat pelan-pelan semakin mengenal budaya pangan lokal dan mau bergaya hidup sehat, terutama bagi generasi mudanya,” katanya.
Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.