JAKARTA, KOMPAS.com - Sebuah riset terbaru menunjukkan, pemberian makanan anak yang diperkaya isomaltulosa dapat meningkatkan kinerja kognigtif anak.
Demikian hasil riset yang dilakukan oleh para akademisi dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, dr. Rini Sekartini, spesialis jiwa anak, dr. Tjin Wiguna, Sp.KJ, dan Dr. Saptawati Bardosono, spesialis gizi medik, bekerjasama dengan Anne Schaafsma, Senior Scientist Nutrition Friesland Campina.
Dalam risetnya peneliti melibatkan 54 anak Indonesia sehat usia 5-6 tahun untuk mengetahui manfaat dari isomaltulosa terhadap kinerja kognitif anak. Anak-anak tersebut diberikan konsumsi susu yang telah diperkaya isomaltulosa dalam kurun waktu 14 hari.
Hasil studi menunjukkan hal yang signifikan dari konsumsi susu dengan kandungan isomaltulosa terhadap parameter kinerja kognitif. Temuan juga menemukan adanya hasil yang signifikan pada parameter tingkat perhatian, tingkat perhatian berkelanjutan dan kecepatan ingatan pada tiga jam setelah konsumsi susu yang diperkaya Isomaltulosa.
"Isomaltulosa adalah karbohidrat yang dapat menyediakan energi lebih lama di dalam tubuh dan memiliki efek positif pada otak anak," ucap Schaafsma, saat acara Scientific Media Briefing, Senin, (19/3/2012), di Jakarta.
Schaafsma juga menambahkan, susu dengan kandungan Isomaltulosa yang diperkaya vitamin dan mineral spesifik, kemungkinan besar memiliki efek tambahan terhadap kinerja kognitif.
Sementara itu, dr. Saptawati Bardosono, salah satu tim peneliti dari FKUI mengatakan, penambahan Isomaltulosa pada susu pertumbuhan diperlukan karena isomaltulosa adalah karbohidrat yang dicerna lebih lama dan sebagai hasilnya akan memberikan energi dalam bentuk glukosa ke dalam darah untuk waktu yang lebih lama dibandingkan dengan karbohidrat dengan indeks glikemik lebih tinggi seperti glukosa dan sukrosa.
"Isomaltulosa ini mirip dengan sukrosa. Tetapi bedanya dia (isomaltulosa) bisa bertahan lama didalam tubuh meskipun kadarnya lebih rendah dari sukrosa," katanya.
Diketahui bahwa untuk bisa menjalankan tugasnya, otak memiliki tingkat kebutuhan energi yang berbeda dari organ tubuh lainnya. Pada anak yang kondisi tubuhnya sedang beristirahat, berat otak kurang dari 10 persen dari tubuh namun kebutuhan energinya lebih dari 40 persen dari berat tubuh.
"Hasil studi klinis isomaltulosa ini diharapkan dapat membantu memberikan gambaran yang lebih komprehensif tentang pentingnya pemenuhan energi dan gizi untuk otak dan tubuh," tutupnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.