Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Obat Antidepresan dan Seluk Beluknya

Kompas.com - 02/07/2012, 17:54 WIB

KOMPAS.com - Dalam praktik sehari-hari, saya banyak menangani kasus-kasus gangguan kecemasan dan gangguan depresi. Pasien dari dua jenis gangguan jiwa ini sangat sering mengeluhkan gejala-gejala fisik yang tidak didasari adanya bukti obyektif (gejala psikosomatik). Hal ini membuat saya mengedepankan terapi diagnosis dasarnya, seperti yang telah saya bahas pada tulisan-tulisan saya terdahulu tentang gangguan psikosomatik.

Pengobatan untuk gangguan cemas dan gangguan depresi tentunya perlu meliputi ketiga aspek yang mempengaruhi kejiwaan seseorang. Pendekatan biologis, psikologis dan sosial (termasuk spiritual) adalah hal yang tidak bisa dilepaskan pada pengobatan pasien-pasien tersebut. Apa yang akan saya bahas kali ini lebih kepada pengobatan dengan obat-obatan terutama antidepresan.

Efektivitas obat

Ketika diagnosis sudah ditegakkan, maka sebagai dokter tentunya saya akan mengatur strategi pengobatan. Strategi pengobatan ini tentunya didasarkan pada rujukan pedoman pengobatan yang telah disetujui bersama oleh para ahli. Organisasi psikiatri baik di Indonesia maupun di luar negeri telah membuat pedoman-pedoman pengobatan untuk kasus-kasus psikiatri yang dihadapi sehari-hari.

Kali pertama, yang terpikir oleh saya untuk meresepkan obat tertentu kepada pasien terutama untuk kasus gangguan cemas dan depresi adalah efektivitas obat tersebut. Obat antidepresan golongan Serotonin Selective Reuptake Inhibitor (SSRI) dan Serotonin Norephineprine Reuptake Inhibitor (SNRI) adalah pilihan-pilihan obat yang digunakan untuk kasus depresi.

Kedua golongan obat ini dipakai saat ini karena dinilai efektif untuk mengobati gangguan depresi. Pasien dengan gangguan cemas juga mendapatkan manfaat dari pengobatan dengan golongan antidepresan. Selain efektif juga mempunyai profil obat yang lebih relatif aman dibandingkan dengan pengobatan menggunakan obat anticemas golongan benzodiazepine (obat penenang). Seperti kita tahu, obat anticemas seperti Alprazolam, Lorazepam, Bromazepam, walaupun efektif mengatasi kecemasan sering kali menimbulkan permasalahan lain yaitu toleransi (dosis yang semakin meningkat) dan ketergantungan.

Tolerabilitas obat

Selain efektif mengobati, pemilihan obat juga perlu melihat tolerabilitasnya atau kemampuan pasien dalam beradaptasi dengan obat itu. Kadang memang ada obat yang efektif, tapi pasien tidak tahan dengan efek samping yang sering muncul akibat obat yang dia minum. Antidepresan golongan SSRI atau SNRI seperti yang disebutkan di atas cukup mempunyai tolerabilitas yang baik. Pasien biasanya cukup nyaman dengan obat yang diberikan.

Sering kali memang muncul efek samping obat pada awal penggunaan, biasanya berlangsung pada minggu pertama. Namun demikian, efek samping ini hanya bersifat sementara dan sering kali bisa dilewati tanpa perlu menambahkan obat lain. Efek samping yang sering muncul pada obat yang bekerja di serotonin adalah gangguan perut atau maag, perasaan mengantuk, kadang bisa mengalami insomnia, sering merasa kepala berat atau pusing dan perasaan cemas. Untuk itu biasanya pada pasien diberikan dosis setengah dulu untuk pasien mampu lebih beradaptasi dengan obat ini.

Keamanan obat

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com