Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 14/07/2012, 10:10 WIB

KOMPAS.com - Jenis pekerjaan memiliki kontribusi besar dalam terjadinya gangguan kesehatan. Profesi yang menuntut tingkat kecermatan tinggi dengan tingkat tekanan yang besar biasanya menyebabkan stres dan berdampak pada kesehatan fisik keseluruhan.

Polisi merupakan salah satu profesi yang rentan mengalami berbagai gangguan penyakit, misalnya saja serangan jantung, gangguan tidur, obesitas, kanker, hingga gangguan mental. Selain itu, pada penelitian terhadap para polisi di Amerika Serikat terungkap bahwa tingkat keinginan bunuh diri pada pada pekerjaan ini delapan kali lebih tinggi dibandingkan dengan polisi yang sudah pensiun atau beralih profesi.

"Ini adalah studi pertama berbasis populasi untuk menguji hubungan antara stres menjadi seorang perwira polisi dan pengaruhnya terhadap psikologis dan kesehatan," kata peneliti utama studi tersebut, John Violanti, mantan polisi yang sekarang menjadi profesor di Universitas School of Public Health and Health Professions.

Selama ini kesenjangan kesehatan lebih banyak ditentukan oleh faktor sosial ekonomi dan etnis, tapi dalam riset ini terungkap bahwa kesehatan juga ditentukan oleh profesi yang kita geluti.

Dalam penelitiannya, Violanti mengamati kesehatan fisik dan mental 464 anggota kepolisian di Buffalo selama lima tahun. Ia menemukan bahwa beban kerja sehari-hari dan tugas kerja malam berkontribusi pada peningkatan risiko sindrom metabolik, yakni kumpulan gejala yang meliputi penumpukan lemak perut, tekanan darah tinggi, resistensi insulin, diabetes tipe 2 dan stroke.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari 25 persen dari petugas kepolisian memiliki sindrom metabolik. "Kami menemukan bahwa, sebagai kelompok, petugas yang bekerja malam memiliki risiko lebih tinggi terkena sindrom metabolik dibandingkan dengan mereka yang bekerja shift," kata Violanti.

Studi ini juga menemukan bahwa 40 persen dari petugas polisi mengalami obesitas, dibandingkan dengan 32 persen dari populasi umum. Bahkan, setelah bekerja selama 30 tahun, petugas kepolisian ini juga memiliki peningkatan risiko untuk menderita kanker limfoma Hodgkin dan kanker otak.

Para peneliti menyimpulkan bahwa sebagai bagian dari pelatihan mereka di akademi polisi, seharusnya polisi perlu diajarkan mengenali tanda-tanda stres dan untuk mencari bantuan pengobatan.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau