Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

KPK dan Kekuatan Rakyat di Twitter

Kompas.com - 11/10/2012, 10:26 WIB

Sebenarnya, sebelum ramainya pemanfaatan jejaring digital modern dalam revolusi Musim Semi Arab itu, model serupa telah terjadi pada zaman Reformasi di Jerman, sekitar 500 tahun lalu, saat Martin Luther dan kawan- kawannya menggunakan pamflet yang merupakan ”media baru” pada zaman itu. Artinya, sejak itu, sharing media telah berperan dalam mendukung benih-benih sebuah revolusi.

Namun, internet kini menawarkan sebuah perspektif baru bahwa faktor yang penting bukanlah pembuatan ”cetakan” itu sendiri (yang sudah digunakan sejak tahun 1450-an), melainkan luasnya sistem berbagi (sharing) yang diraih melalui jejaring sosial—yang kini kita namakan social media.

Lingkungan media yang ditunjukkan oleh penyebaran pamflet Luther itu mirip ekosistem online yang ada di blog, jejaring sosial dan topik diskusi (thread) zaman sekarang. Ia adalah sebuah sistem desentralisasi, di mana partisipan mengurus sendiri distribusi, dan secara kolektif memutuskan pesan mana yang akan disebarluaskan melalui sharing dan rekomendasi (atau tweet dan re- tweet di Twitter). Partisipan dalam sistem ini kita sebut sebagai networked public (jejaring publik) dan bukan lagi hanya audiens—sebab mereka tak sekadar jadi konsumen informasi belaka.

Berkat arus informasi yang deras dan mekanisme penyebaran sinyal secara kolektif itu, massa pengguna media sosial dapat menciptakan momentum untuk aksi selanjutnya, seperti menumbangkan diktator Tunisia dan Mesir atau memprotes upaya pelemahan KPK di Indonesia.

Namun, kita boleh yakin bahwa kekuatan kolektif rakyat yang dihimpun berkat pass-along effect dan distribusi gratis di media sosial itu hanya bisa efektif ketika pesan yang ada hanya disebarluaskan ke akun-akun asli. Sebab, mustahil Anda membangun jaringan, menciptakan kepercayaan, dan kekuatan bersama jika tidak dengan manusia yang nyata, yang punya ide dan cita-cita yang sama dengan Anda.

Syafiq Basri Assegaff Konsultan dan Dosen Komunikasi di Universitas Paramadina

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com