Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 29/10/2012, 16:27 WIB

Kompas.com - Ternyata bukan hanya bayi dan anak-anak yang rawan mengalami malnutrisi. Orang usia lanjut juga beresiko tinggi mengalami malnutrisi, baik karena pengaruh usia, penyakit, atau gangguan emosi.

Malnutrisi, menurut penjelasan Dr.Siti Setiati, Sp.PD, konsultan geriatri dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, bukan hanya berstatus gizi kurang tapi juga bisa berarti kelebihan dan ketidakseimbangan protein, energi, serta zat gizi lainnya.

Prevalensi malnutrisi pada mereka yang berusia di atas 50 tahun mencapai 22 persen, di usia 60-69 tahun sekitar 25 persen, dan mencapai 27 persen pada orang berusia 70-79 tahun.

Dalam penelitian yang dilakukan Siti Setiati terhadap 702 pasien usia lanjut rawat jalan di 10 rumah sakit di Indonesia, diketahui 56,7 persen beresiko malnutrisi dan 2,14 persen terbukti malnutrisi.

"Ada banyak faktor yang membuat mereka malnutrisi, antara lain perubahan komposisi tubuh dan fungsi organ, gangguan kesehatan, asupan nutrisi yang kurang, hingga gangguan emosi,"paparnya di acara media edukasi Mengenal Lebih Dekat Malnutrisi pada Usia Lanjut di Jakarta, Senin (29/10).

Ia menambahkan, berkurangnya sensasi rasa dan bau juga membuat orang usia lanjut tidak tertarik untuk makan. "Semua terasa hambar atau justru terlalu asin sehingga mereka malas makan," katanya.

Malnutrisi pada orang usia lanjut bisa menyebabkan penyembuhan luka menjadi lama, komplikasi penyakit, menurunnya massa otot, hingga menyebabkan bertambahnya waktu tinggal di rumah sakit.

"Menurut penelitian biaya rata-rata perawatan orang usia lanjut yang malnutrisi 65 persen lebih tinggi dibanding dengan yang gizinya baik," imbuhnya.

Malnutrisi pada orang usia lanjut memang tak mudah dideteksi. "Ada kakek atau nenek yang tampaknya baik-baik saja padahal sudah beberapa hari tidak mau makan atau berat badannya turun terus," katanya.

Dr.Nina Kemala Sari, Sp.PD, konsultan geriatri dari FKUI/RSCM menjelaskan pentingnya melakukan penapisan (skrining) malnutrisi pada orang usia lanjut.

"Penapisannya sederhana, hanya menanyakan ada tidaknya perubahan pola makan dan berat badannya. Ini bisa dilakukan oleh petugas kesehatan atau mereka yang merawat orang usia lanjut," kata Nina dalam kesempatan yang sama.

Nina menambahkan, orang usia lanjut juga bisa mengalami gangguan makan karena faktor emosi seperti depresi atau karena obat-obatan yang diminumnya.

"Beberapa jenis obat bisa menyebabkan rasa mual dan nyeri lambung," katanya.

Pendekatan emosi juga bisa dilakukan untuk membujuk para orang usia lanjut supaya mau makan. "Kalau badannya sudah kurus sebaiknya jangan disuruh pantang ini-itu. Sudah mau makan saja sudah bagus," katanya.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com