Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 31/01/2013, 14:36 WIB

KOMPAS.com — Sayuran adalah bahan pangan sehat, tetapi sayuran yang tercemar menjadi penyebab terbesar keracunan makanan di Amerika Serikat. Sayuran yang tidak dicuci dengan bersih atau dimasak dengan baik merupakan penyebab penyakit.

Setiap tahunnya diperkirakan 1 dari 6 orang Amerika, sekitar 48 juta orang, sakit akibat keracunan makanan. Ini termasuk 128.000 orang yang dirawat di rumah sakit dan 3.000 orang meninggal.

Dalam penelitian komperhensif yang dilakukan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC), sayuran seperti bayam dan selada adalah penyebab utama keracunan. Penelitian mengenai sumber cemaran itu dilakukan dengan menganalisis data kasus keracunan makanan tahun 1998-2008.

Sekitar 1 dari 5 kasus keracunan disebabkan oleh sayuran hijau yang tercemar. Penyakit akibat keracunan makanan yang berasal dari sayur dan buah kebanyakan berasal dari norovirus yang bisa menyebar dari alat masak. Karena itu, kontaminasi lebih banyak terjadi di dapur atau restoran ketimbang makanan itu sendiri.

Meski sayur dan buah paling sering memicu keracunan, ternyata mereka bukan yang paling berbahaya. Daging unggas merupakan penyebab utama kematian akibat keracunan makanan, terutama daging kalkun yang pernah menimbulkan wabah 10 tahun lalu.

CDC melaporkan ada 277 kematian akibat keracunan daging unggas antara tahun 1998 dan 2008, sementara kematian akibat keracunan sayur dan buah sekitar 236 kasus.

Daging merah yang tercemar E.coli juga pernah menyebabkan wabah keracunan makanan. Dalam laporan CDC diketahui bahwa daging merah menyumbang 4 persen penyebab keracunan makanan.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau