Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Paradoks Kesehatan Daging

Kompas.com - 01/04/2013, 02:18 WIB

Penggunaan antibiotik berlebihan pada ternak dapat memunculkan masalah kekebalan pada manusia. Penggunaan hormon pada ternak akan berakumulasi dalam daging ternak, kemudian memengaruhi sistem kekebalan endokrin manusia. Residu pestisida dalam daging ternak bisa mengganggu kesehatan manusia.

Meskipun data gangguan kesehatan daging belum banyak ditemukan di Indonesia, bukan berarti harus diabaikan begitu saja. Data yang sudah dipublikasikan mengindikasikan adanya residu hormon Trenbolon acetat dalam daging impor ataupun sapi-sapi bakalan dari Australia. Walaupun proporsi residu rendah dan kadar yang ditemukan masih di bawah ambang batas toleransi, kondisi ini tetap mengharuskan dilakukannya pengawasan kesehatan daging berkelanjutan.

Kita tetap harus ingat pada risiko lain, seperti penyakit sapi gila atau bovine spongiform enchelophaty (BSE) yang muncul akibat bagian-bagian tubuh sapi diberikan sebagai pakan sapi. BSE dianggap paling berisiko, tetapi masih banyak penyakit mikrobial asal daging lainnya, sebutlah seperti Escherichia coli O157, salmonellosis, dan staphylococcosis.

Rantai suplai

Di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, umumnya sapi dipelihara dan lebih banyak diberi makan rumput dan hijauan lainnya. Sementara di negara-negara maju, industri sapi tidak bisa dilepaskan dari praktik-praktik budidaya yang cenderung menimbulkan gangguan kesehatan hewan. Oleh karena itu, konsumen di sana tidak keberatan membayar harga premium untuk daging yang dijamin kesehatannya.

Pada 2010, konsumen di Amerika Serikat diperingatkan akan kemungkinan ancaman gangguan kesehatan daging pada saat jaringan waralaba McDonald’s memanfaatkan daging impor asal negara-negara Amerika Selatan. Negara-negara asal daging impor itu dianggap tak memberlakukan pengawasan ketat terhadap rantai suplai dari hulu sampai hilir.

Secara jujur harus diakui bahwa lingkungan kebijakan pasokan daging sapi—baik lokal maupun impor—di Indonesia saat ini dirasakan tidak mewujudkan dorongan signifikan bagi isu-isu kesehatan daging. Swasembada daging 2014, isu kartel, dan perburuan rente impor daging yang justru mengemuka akhir-akhir ini mempertegas bahwa ambisi kecukupan dan kemudahan akses lebih banyak membungkus isu kesehatan daging yang sesungguhnya kritis bagi rakyat.

Industri sapi potong yang berdaya saing dan modern bukanlah terbatas hanya pada efisiensi produksi, melainkan juga bergantung pada upaya membangun kepercayaan konsumen dan kepastian rantai suplai yang kompetitif dan transparan. Untuk tujuan ini, diperlukan investasi yang cukup besar dalam melakukan penelusuran mulai dari peternak, pedagang, pengecer, konsumen, hingga regulator untuk melacak terjaminnya kesehatan daging di setiap tahapan produksi.

Jaminan kualitas

Kementerian Pertanian seharusnya bukan hanya fokus pada produksi dan penentuan kuota impor, melainkan secara holistik menawarkan jaminan kesehatan daging untuk konsumsi langsung, hotel, restoran, katering, dan industri olahan. Pengawasan dengan kemampuan penelusuran yang merupakan faktor penentu kesehatan daging sejak dari negara asal ataupun peternakan lokal menjadi tanggung jawab pemerintah.

Di satu sisi, pemerintah dihadapkan lebih pada persoalan bagaimana mengatur keseimbangan antara suplai dan permintaan serta produksi lokal versus impor. Di sisi lain, konsumen lebih fokus pada persoalan harga murah, rasa, dan nutrisi dengan preferensi bahwa daging harus segar, tidak terlalu banyak lemak, dan empuk.

Citra terkait kesehatan daging yang dimulai dari peternakan sampai ke meja makan seharusnya menjadi tumpuan perhatian semua pihak yang terlibat dalam bisnis daging. Pemerintah wajib melakukan verifikasi profesional untuk sampai pada sertifikasi dan akreditasi secara periodik mulai dari inspektur daging, fasilitas rumah potong hewan, sampai ke logistik serta fasilitas pemasaran dan pengolahan daging. Pemerintah harus menjawab gambaran besar permasalahan daging seutuhnya sehingga masyarakat tidak perlu membayar tambahan harga untuk kesehatan daging.

Tri Satya Putri Naipospos Center for Indonesian Veterinary Analytical Studies

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com