Kepada penyidik, An mengaku sudah intensif memata-matai istrinya sejak 16 April lalu.
An merasa dilecehkan Mar. Ia merasa ”kemampuan”-nya hanya disamakan dengan ”kemampuan” seorang kakek. An pun mengaku masih mencintai Mar.
Kondisi Mar dan SN, kini, sudah mulai membaik. Keduanya tidak lagi dirawat di rumah sakit, tetapi menjalani rawat jalan.
”Keduanya sempat dirawat di unit gawat darurat. Namun, hanya semalam. Kamis siang, keduanya sudah pulang,” tutur Kepala Instalasi Rawat RSUD Cengkareng Budiman Widjaja, kemarin.
Kepada penyidik, Mar yang tinggal di Tegal Alur, Kalideres, Jakbar, ini mengaku sudah terbiasa dan piawai menghadapi para lelaki yang sedang marah.
”Dia sudah ke mana-mana kerja di tempat hiburan malam di Dadap,” tambah Khoiri. Dadap dikenal sebagai kawasan hiburan malam paling ramai di Tangerang, Banten.
Kriminolog dari Universitas Indonesia, Kisnu Widagso, berpendapat, kasus ini menunjukkan rendahnya pengendalian diri An. ”Tersangka tidak mampu mengelola hubungan cinta dan benci dalam relasi suami-istri,” tuturnya.
Kisnu mengingatkan, kekerasan dapat terjadi saat emosi berada di titik tertinggi, sementara kemampuan mengelola emosi berada di titik terendah.
”Itulah pentingnya merawat relasi suami-istri,” ucapnya.
Merawat relasi suami-istri artinya memahami, mengalah, memberi ruang, mengimbangi kelemahan pasangan, dan menumbuhkan kemampuan mengelola emosi.
Kisnu juga mengingatkan pentingnya kesadaran suami-istri untuk mengakhiri hubungan dengan cara baik-baik apabila hal tersebut memang harus
”Jangan dipaksakan karena bisa menimbulkan kekerasan, bahkan tak jarang berakhir dengan pembunuhan. Lebih baik selesai dan tetap bisa menjalin hubungan sosial yang baik,” jelasnya.