Penelitian menunjukkan, satu dari seratus kasus mengalami kesalahan. Baik itu, positif palsu, atau pun negatif palsu. Kesalahan tersebut tentu berdampak cukup besar, baik secara psikologis atau pun terapi yang diberikan.
Menurut Dr.Andrew Kenler, dari Yale Medical School, sekitar 6.000 pasien setiap tahunnya tidak diterapi atau berlebihan mendapat terapi akibat diagnosa penyakit yang tidak akurat.
Kenler menjelaskan, biopsi (pengambilan contoh jaringan) adalah proses yang kompleks karena terkadang harus melewati 15-20 tahapan. Karena kerumitan ini, spesimen berpotensi besar salah label atau terkontaminasi.
"Laboratorium patologi bisa memeriksa 40-50 kasus kanker payudara setiap hari dan mereka menggunakan wadah yang mungkin saja tercampur. Jadi ada kemungkinan sel atau jaringan dari pasien lain tercampur," katanya.
Untunglah saat ini para ilmuwan telah mengembangkan metode yang mudah untuk mencegah kesalahan diagnosa, yakni dengan tes DNA.
"Kami mencegah error dengan menggunakan alat yang disebut sistem Know Error, dimana setiap hasil biopsi disertai dengan contoh usapan dari pipi pasien. Usapan ini pada dasarnya seperti sidik jari DNA setiap pasien," katanya.
Dengan metode tersebut, setiap biopsi pasien bisa dibandingkan dengan contoh DNA untuk memastikan hasilnya 100 persen akurat. Tes tersebut bukan hanya sederhana, tapi juga mudah dan murah.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.