Hal tersebut diperparah dengan rendahnya kesadaran orangtua akan kesehatan gigi dan mulut anak. Padahal, kondisi gigi yang sehat sangat berpengaruh pada kecukupan gizinya. Karena itu anak perlu dipersiapkan agar berani ke dokter gigi.
Upaya mengenalkan sejak dini akan kesehatan gigi dan mulut secara akrab dan menyenangkan dilakukan oleh drg.Erwin Wahyudiono yang bertugas di Puskesmas Bontang Utara I, Bontang, Kalimantan Timur. Dari data yang dihimpunnya, ternyata 82 persen gigi anak berusia kurang dari 6 tahun di wilayahnya dalam kondisi berlubang.
"Padahal gigi sehat menentukan status gizi. Selanjutnya tentu berpengaruh ke proses tumbuh kembang, termasuk kemampuan motorik dan akademik," papar dokter yang terpilih sebagai Tenaga Kesehatan Teladan 2013 ini.
Erwin menyadari, bukan hanya anak-anak yang takut ke dokter gigi, orang dewasa pun banyak yang merasa fobia dengan dokter gigi. "Salah satu penyebabnya adalah mereka baru ke dokter gigi saat sudah ada masalah, sehingga proses cabut gigi yang tidak enak dan tindakan lain membuat trauma," katanya ketika ditemui sesuai acara penyerahan penghargaan di kantor Kementrian Kesehatan Jakarta, Kamis (15/8/13).
Untuk menghapus citra seram akan dokter gigi, Erwin mulai melakukan perubahan interior ruang prakteknya di puskesmas menjadi lebih ramah anak. Berbagai gambar tokoh kartun favorit anak dan jejeran boneka lucu menghiasi ruangannya.
Erwin juga tak segan memberi hadian stiker bertuliskan "sahabat dokter gigi" kepada pasien-pasien ciliknya. Ternyata hal tersebut cukup efektif untuk memotivasi anak-anak untuk berkunjung ke dokter gigi. Proses penyembuhan karies gigi yang sedikitnya membutuhkan waktu empat kali kunjungan pun berjalan relatif lancar.
"Sulit sekali membuat anak mau berkunjung empat kali. Makanya ketika di kunjungan kedua anak mau buka mulut tentu sangat menyenangkan, proses penyembuhan bisa lebih baik dan cepat," kata Erwin.
Selain upaya kuratif, Erwin juga aktif melakukan upaya promotif untuk mengampanyekan pentingnya merawat kesehatan gigi. Salah satu kegiatan yang digagasnya adalah kontes Raja dan Ratu Gigi Sehat sejak dua tahun lalu.
Kontes yang diikuti perwakilan murid-murid TK ini diikuti 17 sekolah TK yang masing-masing mengirimkan dua orang wakilnya. "kontes ini bentuk penghargaan kepada anak yang sudah menjaga kesehatan giginya," katanya.
Walau memerlukan waktu yang tidak sebentar, Erwin berharap tindakan ini bisa mengubah perilaku masyarakat di sekitarnya. “Memang tidak mudah mengubah perilaku, butuh waktu 5-10 tahun. Namun dengan dukungan Dinas Kesehatan dan segenap lapisan masyarakat, kebiasaan buruk ini tentu bisa diubah,” ujar Erwin.
Selain kepada anak-anak, Erwin kini juga menyasar kelompok ibu hamil. Menurutnya, tidak banyak ibu hamil yang menyadari pentingnya menjaga kesehatan gigi sebelum hamil. "Padahal kalau sudah sakit gigi harus menunggu sampai setelah melahirkan baru boleh dicabut gigi," katanya.
Untuk mengedukasi kesehatan gigi, Erwin rutin mengunjungi kelas ibu hamil seminggu sekali, termasuk di puskesmas. Ia berharap melalui kegiatan ini para ibu bisa mengubah pandangan para ibu sehingga kelak kesehatan gigi anak-anaknya pun semakin diperhatikan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.