Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 24/08/2013, 08:52 WIB
Unoviana Kartika

Penulis


KOMPAS.com —
Jumlah dokter ahli bedah ortopedi dengan spesialisasi panggul dan lutut di Indonesia dinilai masih kurang. Padahal kebutuhan akan pengobatan gangguan panggul dan lutut diprediksi akan meningkat.

"Jumlah dokter ahli bedah ortopedi masih berkisar 600 orang, dan hanya 10 persen di antaranya spesialis panggul dan lutut," ujar ahli bedah ortopedi dr Nicolaas C Budhiparama, SpOT dalam konferensi pers Third Annual Scientific Meeting of Indonesian Hip & Knee Society (IHKS) Jumat (23/8/2013) di Jakarta.

Menurut dia, jumlah tersebut sangat kecil dibandingkan dengan jumlah penduduk di Indonesia. Terlebih, gangguan pada panggul dan lutut akan meningkat seiring dengan bertambahnya kesadaran untuk berolahraga dan kecelakaan lalu lintas.

Panggul dan lutut, imbuhnya, merupakan bagian yang paling rentan mengalami cedera. Dan cedera pada bagian tersebut sangat dapat menurunkan kualitas hidup penderitanya. "Selain mengurangi mobilitas, gangguan tersebut juga menyulitkan untuk beraktivitas," ujarnya.

Dalam kesempatan yang sama, Profesor Daniel Berry, mantan presiden American Academy of Orthopaedic Surgeon (AAOS) mengatakan, Amerika Serikat dengan jumlah penduduk yang hampir sama dengan Indonesia memiliki 20.000 dokter ahli bedah ortopedi. Sekitar 2.000 di antaranya memiliki spesialisasi panggul dan lutut.

Kendati demikian, lanjutnya, jumlahnya tetap disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat di wilayah yang bersangkutan. "Jika jumlah atlet banyak, kesadaran untuk berolahraga tinggi, banyak kejadian yang menimbulkan trauma seperti kecelakaan, kebutuhan akan dokter ahli bedah ortopedi spesialis panggul dan lutut tentu akan semakin meningkat," ungkapnya.

Sementara itu, menurut Profesor Klinik Bedah Ortopedi asal Weill Medical College of Cornell University Chitranjan S Ranawat, kebutuhan dokter ortopedi yang ideal untuk suatu wilayah ialah 1:10.000-15.000 penduduk.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau