KOMPAS.com — Karakter masyarakat Indonesia yang ramah, senang bersosialisasi, dan gemar membantu sesama berperan besar bagi proses pemulihan penderita penyakit skizofrenia. Tak heran bila pemulihan penderita skizofrenia di Indonesia lebih baik dibandingkan di Amerika dan Eropa.
Demikian diungkapkan peneliti dan antropolog dari University of California Los Angeles (UCLA) Prof Robert Lamelson, pada konferensi pers pemutaran film bertajuk Layar Jiwa yang bercerita tentang skizofrenia, Selasa (17/9/2013) di Jakarta.
Skizofrenia merupakan salah satu penyakit jiwa terberat, sebanyak 10 persen dari penderita penyakit ini berakhir dengan bunuh diri.
Menurut Robert dukungan dan bantuan yang diberikan keluarga maupun masyarakat sekitar menjadi kunci utama bagi pemulihan penderita. Berdasarkan penelitiannya tentang Skizofrenia selama10 tahun di Indonesia, beberapa faktor yang menentukan pemulihan skizofrenia dapat difasilitasi masyarakat Indonesia dengan baik.
Masyarakat Indonesia, kata dia, umumnya masih hidup satu atap dengan keluarga. Keluarga yang terus membantu selama proses pemulihan, menjadi poin penting perbaikan kondisi penderita skizofrenia.
Hal serupa juga terjadi pada masyarakat sekitar. Rasa kekeluargaan mengikat masyarakat untuk bersama menangani penderita skizofrenia. Sehingga mereka merasa tidak tega dan ingin membantu bila ada tetangga atau saudara yang menderita skizofrenia. Rasa kekeluargaan inilah, kata Robert, yang mencegah penderita skizofrenia menggelandang di jalan.
Rumah yang hangat, nyaman, dan sehat menjaga kesehatan fisik skizofrenia sehingga bisa terus melakukan upaya pemulihan. Hal ini pula yang mencegah penderita skizofrenia terpapar hal berbahaya seperti narkoba atau tindak kriminal.
"Paparan narkoba pada penderita gangguan jiwa, khususnya skizofrenia, di Indonesia jauh lebih kecil dibandingkan negara Amerika dan Eropa. Kondisi ini tentu sangat membantu pemulihan penderita," kata Robert.
Rasa kekeluargaan pula yang kemudian mengangkat label negatif, dan memberi kesempatan penderita skizofrenia terus berkarya. Tentunya dengan pengaturan yang bersifat lebih fleksibel.
Psikiater dari Universitas Gadjah Mada (UGM), dr. Mahar Agusno, Sp.KJ (K) menambahkan, budaya gotong royong di masyarakat berperan penting dalam membantu pemulihan.
"Kalau sedang kerja bakti misalnya, masyarakat bisa mengikutsertakan penderita skizofrenia," ujarnya.
Menurut Mahar, terus berkarya menjadi terapi penting bagi penderita skizofrenia. Hal ini selalu disarankannya pada keluarga dan penderita skizofrenia. Kegiatan fisik, misalnya pertanian dan peternakan, bisa memulihkan penderita skizofrenia.
"Kegiatan fisik jauh lebih baik dibanding sekedar bermain handphone atau berkelana di dunia maya. Kegiatan fisik membatasi fantasi penderita skizofrenia sehingga membantu pemulihannya," kata Mahar.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.