Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 30/09/2013, 06:34 WIB

Butuh tiga jam perjalanan dengan biaya ojek Rp 100.000. Tidak heran kasus kematian ibu dan bayi terjadi di wilayah itu.

Menurut spesialis kesehatan dan gizi ibu-anak Wahana Visi Indonesia NTT, Sri Wulandari, penyebab kematian ibu dan bayi klasik, yakni kemiskinan, pendidikan rendah, akses jalan ke puskesmas dan rumah sakit buruk. Juga disebabkan terlambat ke fasilitas kesehatan, jarak melahirkan terlalu dekat, terlalu sering melahirkan, dan beban kerja tinggi.

Sebagai gambaran, Magdalena Ngongo (43) ditemui Kompas di Rumah Sakit Caritas di Weetabula, Sumba Barat Daya. Ia mengandung anak kesembilan. Meski usia kehamilan baru delapan bulan, Magdalena dirujuk bidan desa ke rumah sakit untuk bersalin.

Direktur RS Caritas Oka Wiryanatah menuturkan, tiap bulan ada 80-90 ibu hamil dirujuk ke RS itu. Sekitar 30-40 kasus melahirkan dengan operasi caesar. Rata-rata 1-2 orang ibu meninggal per bulan karena datang dalam kondisi sangat parah. ”Penyulitnya antara lain infeksi, ketuban pecah, posisi janin melintang, perdarahan,” kata Oka.

Di lereng gunung

Kesulitan menjangkau fasilitas kesehatan juga dirasakan penduduk Dusun Borong Buah, Desa Rannaloe, Kecamatan Bungaya, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Menurut Kepala dusun Baso Daeng Kulle (42), puskesmas terdekat di Sapaya, ibu kota Kecamatan Bungaya, berjarak 15 kilometer dari dusun di lereng gunung itu.

Jalan berupa jalan setapak dari batuan cadas hanya cukup dilewati satu mobil. Medannya berkelok-kelok diapit tebing dan jurang terjal.

Di Yogyakarta, menurut Kepala Seksi Kesehatan Keluarga, Dinas Kesehatan, Anung Trihadi, tahun 2012 AKI menurun, 87 per 100.000 kelahiran hidup.

Berdasarkan audit maternal perinatal, ibu yang meninggal telah mengakses layanan kesehatan untuk pemeriksaan kehamilan. Pertolongan medis saat bersalin juga dilakukan meski akhirnya tak terselamatkan. Umumnya kematian akibat perdarahan.

Sejumlah kasus kematian ibu dipicu faktor terlambat mengambil keputusan di tingkat keluarga untuk mencari pertolongan. Diakui, masih ada pelayanan kegawatdaruratan yang belum optimal.

Hal senada dikemukakan Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Sumut Retno Sari Dewi.

Sementara itu, studi kasus yang dilakukan Balitbangkes di sebuah puskesmas di Kota Blitar, Januari-November 2012, menunjukkan, ada empat kasus kematian ibu hamil.

Penyebabnya adalah kurangnya pengetahuan ibu dan keluarga sehingga terlambat mendeteksi tanda bahaya kehamilan, terlambat merujuk, hingga terlambat mendapat pertolongan.

(RWN/WSI/ENG/CHE/KOR/MZW/ATK)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads

Copyright 2008 - 2023 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com