Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 19/10/2013, 11:49 WIB
Rosmha Widiyani

Penulis

KOMPAS.com - Bila persendian kerap terasa nyeri, waspada kemungkinan terserang Artritis Rematoid (AR).  Sebagai penyakit autoimun, AR menyerang sistem kekebalan tubuh dan seluruh persendian. Sistem kekebalan tubuh berbalik menyerang jaringan yang sehat. Pada akhirnya seluruh persendian penderita AR terasa kaku.

Rasa kaku terjadi karena pembengkakan bantalan sendi, yang merupakan reaksi peradangan. Pembengkakan ini menyebar ke seluruh tubuh hingga membuat penderitanya mengalami keterbatasan gerak. Keterbatasan gerak perlahan mengakibatkan kelumpuhan pada penderita.

"AR bisa diatasi dan diterapi sejak dini bila penderita mengetahuinya. Sayangnya masyarakat Indonesia kerap menganggap nyeri sebagai sesuatu yang biasa. Belum lagi kesalahan diagnosa sebagai pengapuran (osteoarthritis) bagi penderita lansia," kata internist dari RS Hasan Sadikin, Bandung, dr Andry Reza Rahmadi, SpPD, MKes pada pada kampanye edukasi Kenali Artritis Rematoid di Jakarta, Kamis (17/10/13).

Penyakit AR, kata Andry, juga bisa menyerang usia muda. Untuk membedakan dengan pengapuran, Andry menjelaskan gejala klinis pada penderita AR. Dengan mengetahui gejala sejak dini, diharapkan penderita AR secepatnya berkonsultasi pada ahli reumatologi.

Berikut gejala klinis penyakit AR:
1. Sendi meradang .
Peradangan ditandai bengkak (nodul) pada daerah persendian. Kulit daerah peradangan biasanya sedikit kemerahan dan bersuhu lebih tinggi. Dari area peradangan juga kerap timbul rasa nyeri.

2. Menyebar.
Sebagai penyakit sistemik, AR perlahan menyebar ke seluruh persendian dalam tubuh. Penyebaran biasanya dimulai dari tangan dan berlanjut ke siku, persendian dada, bahu, rahang, hingga lutut dan kaki.

"Gejala inilah yang membedakan dengan pengapuran. Pengapuran hanya terjadi di satu sisi, yaitu kanan atau kiri dan kaki atau tangan. Sedangkan AR menyebar ke seluruh tubuh dan bersifat simetri, yaitu diderita anggota tubuh kanan dan kiri," kata Andry.

3. Kaku di pagi hari.
Penderita AR kerap mengalami rasa kaku ketika bangun di pagi hari. Rasa kaku ini bisa berlangsung lebih dari satu jam, dan membatasi aktivitas penderitanya.

"Biasanya setelah satu jam penderita baru bisa bergerak. Gerakan ini juga tidak bisa bebas. Hal ini tentu sangat mengganggu penderita yang masih dalam usia produktif," kata Andry.

4. Gejala sistemik.
Karena merupakan penyakit sistemik, ada beberapa gejala lain yang menyertai AR. Gejala ini meliputi penurunan nafsu makan, berat badan, dan anemia. Penderita juga mengalami mudah lelah dan lesu.

"Ingat, AR bukan penyakit orangtua. Penyakit ini sebetulnya sudah menampakkan gejala sejak usia muda. Dengan mengetahui gejalanya sejak dini, maka diagnosis dan terapi bisa segera dilakukan," kata Andry.

Proses diagnosa dan terapi yang segera dilakukan, menentukan cepatnya pemulihan penderita.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau