Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 24/12/2013, 17:34 WIB
Rosmha Widiyani

Penulis


KOMPAS.com - Kasus golongan darah parabombay terbilang sangat langka . Di Indonesia, golongan darah yang pertama kali ditemukan di Bombay India ini, hadir dalam kehidupan pasangan Taufik Wirahman dan Rini Yuniastuti yang baru dianugerahi anak kelima mereka.

Rini dan dan sang buah hatinya yang baru berusia 9 hari adalah pemilik golongan darah parabombay. Bayi perempuan yang diberi nama Maryam tersebut kini masih dirawat di ruang Neonatal Intensive Care Unit (NICU) RS. Hermina Jatinegara, Jakarta Timur.

Menurut penuturan Rini, Maryam mengalami anemia hemolisis saat dilahirkan melalui bedah caesar. Kondisi ini sama seperti kehamilan anak kedua dan keempat. “Anak saya yang kedua dan keempat akhirnya meninggal karena anemia. Anak saya yang ketiga juga meninggal, namun dugaannya karena saya yang tidak memiliki stamina kuat untuk merawatnya,” ujarnya pada KOMPAS Health Selasa (24/12/2013).

Dengan riwayat ini, Rini dan suaminya hanya memiliki dua anak yang masih hidup dari lima kali kehamilan. Riwayat itu pula yang menyebabkan Rini menjalani pemeriksaan ketat selama mengandung.

Di usia kehamilan 7 bulan, dirinya menjalani pemeriksaan satu kali setiap minggunya. Memasuki bulan ke 8, intensitas pemeriksaan bertambah menjadi dua kali tiap minggunya. Melalui pemeriksaan yang ketat ini, bayi Rini sudah diduga mengalami anemia saat berumur 32 minggu.

Memasuki minggu ke-34 kondisi anemia semakin parah yang ditandai berat badan yang sulit naik. Berat badan bahkan sempat stagnan selama beberapa hari. Rini mengatakan, pada pemeriksaan terakhir bahkan diketahui adanya cairan di ruang jantungnya. “Pada akhirnya dokter menyarankan supaya bayi untuk segera dilahirkan, tidak perlu menunggu 36 minggu supaya tidak semakin parah. Karena itulah dipilih caesar,” tuturnya.

Sebelum operasi dilakukan, Rini menjalani berbagai persiapan termasuk mencari persediaan darah A+ yang sesuai dengannya. Namun dari sekian banyak kantong darah tidak ada satupun yang cocok dengannya. Hal ini tentu mengejutkan dirinya dan petugas dari bank darah.

Menurut Rini, saat itu dirinya langsung disuruh melakukan banyak tes. Dalam tes tersebut Rini juga mengatakan pernah menjalani direct coomb tes yang hasilnya positif. Direct coomb adalah tes yang biasa dilakukan pada bayi, untuk melihat apakah antibodi pada tubuh ibu masuk ke dalam tubuh bayi.

“Saat itulah diketahui saya memiliki darah A+ parabombay dengan antibodi yang sudah terbentuk. Hal inilah yang menyebabkan anak saya terkena anemia, kemungkinan yang sama juga terjadi pada anak keempat,” kata Rini.

Ternyata perkiraan tersebut benar, Maryam lahir dalam kondisi anemia. Sayangnya Rini belum bisa mendonor karena banyaknya darah yang hilang saat operasi.

Maryam, kata Rini, selanjutnya menjalani tranfusi dengan golongan darah A+. Namun uji sampel antara darah Maryam dan donor ternyata tidak cocok, kendati sama-sama bergolongan A+. Saat itulah, Rini langsung meminta anaknya menjalani tes khusus parabombay. Hasilnya Maryam positif bergolongan darah A+ parabombay.

“Rasa heran, sedih, terkejut langsung bercampur. Golongan darah parabombay langsung terwarisi di keturunan pertama. Saat itu, dokter menyarankan tranfusi dari O+ parabombay, karena secara teori bisa dilakukan. Namun saat diuji ternyata tidak cocok,” kata Rini.

Dengan kondisi ini, Rini beserta keluarga mengerahkan segenap tenaga dan bantuan untuk mencari donor. Donor A+ parabombay akhirnya didapatkan dari adik laki-laki pertama Rini. Tranfusi pun dilakukan bertahap dan dimulai dengan uji sampel, untuk melihat kecocokan golongan darah.

Setelah tranfusi Rini menuturkan, kondisi Maryam berangsur membaik. “Sekarang hemoglobinnya sudah 17,9 setelah sebelum tranfusi kurang dari 6. Bilirubinnya juga sudah 7 setelah sebelumnya sempat 24. Saya berharap, kondisi Maryam bisa terus membaik,” harap Rini.

Wajib periksa antigen

Parabombay merupakan sistem penggolongan darah, yang mendasarkan atas ada tidaknya antigen H pada permukaan sel darah merah (eritrosit). Sehingga kondisi parabombay bisa terjadi pada golongan darah A, B, O, atau AB.

“Padahal O parabombay yang paling terkenal saja sudah langka, apalagi A parabombay. Kondisi ini mengharuskan keluarga segera melakukan pemeriksaan antigen darah, supaya lebih siap bila ada keadaan mendesak misalnya saat dibutuhkan tranfusi,” kata Direktur Unit Donor Darah Pusat Palang Merah Indonesia (PMI), Yuyun SM Soedarmono.

Pemeriksaan ini, menurut Yuyun, utamanya dilakukan pada keluarga ibu. Hal ini dikarenakan sifat golongan darah yang diturunkan antargenerasi. Bila donor ditemukan dari garis ibu, maka kemungkinan parabombay berasal dari keluarga tersebut.

Lebih jauh Yuyun menjelaskan, ayah kemungkinan memiliki antigen heterozigot Hh dengan  ibu berantigen hh. Selanjutnya pada kehamilan kedua, tiga, dan empat kemungkinan sang anak berantigen Hh. Dengan antibodi yang sudah terbentuk, tubuh ibu menganggap sang anak adalah benda asing. Akibatnya, kehamilan tersebut gagal.

“Sesuai sifatnya antibodi tersebut makin kuat seiring peningkatan kehamilan. Hal inilah yang menyebabkan kehamilan pertama masih bisa berhasil. Kondisi ini pula yang menyebabkan anak kelima mengalami anemia,” kata Yuyun.

Berkaca dari pengalaman ini, Yuyun menyarankan pemeriksaan antigen secepatnya. Hal ini sebaiknya dilakukan keluarga suami maupun istri. “Apalagi bila suami terbukti heterozigot, maka ada kemungkinan keluarganya yang lain mengelami parabombay,” ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau