"Risiko induksi persalinan cukup besar, maka melakukannya pun tidak boleh sembarangan. Perlu diawasi secara intensif oleh dokter," tegas Ardi dalam seminar media SOHO #BetterU yang bertajuk "Peran Oksitoksin pada Induksi Persalinan" di Jakarta, Rabu (16/4/2014).
Ardi mengatakan, sebagian orangtua menginginkan kelahiran anaknya di tanggal tertentu tanpa adanya alasan darurat. Sehingga mereka pun tidak ragu untuk melakukan induksi persalinan tanpa mengetahui risikonya.
Padahal, induksi persalinan diutamakan bila risiko melanjutkan kehamilan lebih besar daripada mengakhirinya. Kondisi-kondisi yang menyebabkannya, antara lain kehamilan lewat bulan, perkembangan janin terhambat, kelainan kongenital pada janin, dan ketuban pecah dini.
Untuk menekan risiko induksi persalinan, yang harus dilakukan adalah selalu memeriksa kontraksi rahim ibu serta memeriksa denyut jantung bayi setiap kali menambahkan oksitoksin. Induksi pun perlu dilakukan oleh dokter spesialis kandungan, bukan bidan apalagi tenaga non-medis.
Dalam kesempatan yang sama, Kasubdit Ibu Bersalin dan Nifas Kementerian Kesehatan Riskiyana Sukandhi Putra menegaskan, persalinan dengan induksi, bayi sungsang, dan risiko komplikasi lainnya perlu mendapat bantuan dari dokter spesialis kandungan.
"Sementara bidan hanya boleh menangani persalinan yang normal," ujarnya.