“Nama kedokteran untuk sariawan adalah Stomatitis aphthosa recurrent (SAR). Penyakit ini bukanlah infeksi. Karena itu, sariawan tak didahului demam, tidak disertai radang kelenjar getah bening regional dan tidak mudah berdarah,” terang Dr. Drg. Harum Sasanti, SpPM, seorang dokter ahli penyakit mulut.
Di mulut, sariawan meninggalkan luka berupa cekungan dangkal, tepinya jelas dan beraturan, berbentuk bulat atau ovaldan dikelilingi halo berwarna merah. Luka yang biasa terjadi di bagian mulut yang basah ini terasa sangat menyakitkan.
Penyakit ini termasuk self limiting disease atau penyakit yang sembuh dengan sendirinya. Untuk meringankan derita yang disebabkan oleh sariawan, Dr. Harum menyarankan kumur memakai air garam perlahan-lahan. “Kumurlah dengan air garam selama satu hingga dua menit. Biarkan air garam bekerja di mulut selama satu atau dua menit,” ujarnya.
Selanjutnya pasien dianjurkan untuk menjaga kesehatan mulut agar sariawan tidak bertambah parah. “Gigi-gigi rusak dan tak terawat, banyak karies akan memperparah keadaan sariawan. Hindari penggunaan kawat gigi yang tidak cocok buat mereka yang rentan terkena sariawan. Pilih juga pasta gigi yang cocok,” katanya.
Mereka yang gampang terkena sariawan juga disarankan untuk menghindari makanan mengandung penyedap, pengawet dan pewarna. “Makanan tidak alami ini cenderung memicu alergi. Alergi ini bisa memicu terjadinya sariawan,” paparnya.
Di tempat praktiknya Dr. Harum sering mendapati pasien sariawan yang mengaku rajin makan buah dan sayur. “Banyak pasien yang rajin makan buah dan sayur tetapi masih kena sariawan. Masyarakat masih beranggapan bahwa sariawan disebabkan oleh kekurangan vitamin C. Padahal sariawan lebih ada hubungannya dengan kekurangan vitamin B,” katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.