Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 06/05/2014, 18:44 WIB
Lusia Kus Anna

Penulis


KOMPAS.com - Penyakit tidak menular, seperti serangan jantung, diabetes, stroke, atau pun kanker, menjadi pembunuh utama di dunia. Namun, kasus tertinggi atau sebanyak 80 persen terjadi di negara berpendapatan rendah hingga menengah, termasuk Indonesia.

Hal itu diungkapkan Vincent S.K. Chan, General Manager Philips Healthcare Indonesia, seusai diskusi mengenai Penyakit Tidak Menular (PTM) di Indonesia yang diadakan di Jakarta, Selasa (6/5/14). Acara tersebut diikuti oleh perwakilan pemerintah, rumah sakit umum dan swasta, serta akademisi.

"Di Indonesia, kini penyakit jantung menjadi pembunuh utama. Sebenarnya penyakit-penyakit tidak menular bisa dicegah jika masyarakat mendapatkan edukasi dini sehingga mereka bisa mengubah gaya hidupnya," katanya.

Beberapa faktor risiko penyakit tidak menular antara lain kebiasaan merokok, konsumsi makanan berlemak dan mengandung gula, kurang makanan berserat, serta kurangnya aktivitas fisik.

"Diperlukan gerakan serius dalam 10 tahun ke depan untuk menurunkan faktor risiko ini. Juga diperlukan kerjasama antara pemerintah dengan swasta, bahkan kerja sama lintas negara karena ini sudah menjadi masalah global," kata Prof.Hasbullah Thabrany, Ketua Pusat Kajian Ekonomi dan Kebijakan Kesehatan, Universitas Indonesia.

Hasbullah mengatakan, penyakit kronis membutuhkan waktu yang sangat lama untuk berkembang, karenanya orang menjadi kurang peduli.

"Misalnya saja penyakit kanker paru atau kanker mulut pada perokok butuh waktu 30 tahun. Makanya orang yang baru 5 tahun merokok merasa dirinya sehat-sehat saja," ujarnya dalam kesempatan yang sama.

Ia menambahkan, pemberlakuan Jaminan Kesehatan Nasional sebenarnya bisa menjadi peluang untuk membenahi masalah penyakit tidak menular.

"Dokter di Puskesmas seharusnya bisa memantau berapa banyak pasien yang beresiko tinggi terkena PTM. Tetapi hal ini bisa terjadi jika mereka mendapat bayaran dan kapitasi yang cukup. Seharusnya dengan jaminan kesehatan nasional semua pihak bisa lebih berkomitmen mencegah PTM," katanya.

Vincent mengatakan, pembentukan jaringan di negara ASEAN mengenai PTM telah menghasilkan Inovasi Pengelolaan PTM. Setiap negara bisa belajar dari negara lain mengenai inovasi yang telah berhasil diterapkan di negara lain.

"Dengan inovasi yang sederhana sebenarnya kita bisa mendeteksi dan mengendalikan PTM," katanya.

Program sederhana yang sudah dilakukan di negara-negara lain antara lain rumah sakit yang lebih berfokus pada pemberian edukasi pasien mengenai pencegahan penyakit kronis seperti diabetes, pelatihan deteksi kanker, dan masih banyak lagi.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya

Rekomendasi untuk anda
28th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com