Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 16/07/2014, 14:19 WIB
Unoviana Kartika

Penulis


KOMPAS.com -
Wedang jahe atau minuman jahe sudah sejak lama disukai sebagai teman di cuaca dingin. Rasa hangat setelah menyeruput minuman ini bahkan dipercaya mampu mencegah penyakit flu.

Untuk mendapatkan manfaat optimal dari minuman ini, jahe sebaiknya tidak diseduh dengan air yang terlalu panas. Menurut pakar herbal dr Abrijanto, jahe yang diseduh dengan air yang suhunya mendekati mendidih (100 derajat celcius) akan kehilangan senyawa aktif yang dikandungnya. Padahal senyawa aktif itulah yang sebenarnya dicari untuk mendapatkan manfaat dari jahe.

Sayangnya, selama ini banyak orang yang mengolah jahe dengan cara merebusnya, kemudian diminum panas-panas. Dengan cara tersebut, kata dia, jahe tidak lagi mengandung senyawa aktif, misalnya flavonoid dan saponin, karena sudah rusak terkena air dengan suhu yang terlalu panas.

Flavonoid dan saponin merupakan senyawa yang memiliki banyak manfaat bagi kesehatan. Flavonoid dan saponin berperan sebagai agen anti-inflamasi, antijamur, anti-kanker, hingga mengungatkan sistem imun tubuh.

Ciri-ciri bahan herbal mengandung flavonoid dan saponin adalah ketika diaduk dengan air maka akan menghasilkan busa. Namun ketika terkena air mendidih maka senyawa ini akan rusak dan hilang.

Namun memang benar jahe lebih sedap bila diminum dalam minuman panas. Karena itu, Abrijanto menyarankan supaya jahe cukup diseduh dengan air yang suhunya 60-70 derajat celcius. Suhu tersebut sesuai dengan suhu air hangat dari dispenser.

"Saat diseduh dengan air mendidih, jahe memang akan kehilangan senyawa flavonoid dan saponin, tetapi masih terasa hangat, itu karena kandungan minyak atsirinya yang masih tahan dengan suhu panas," jelas lulusan Ilmu Farmasi Kedokteran Universitas Indonesia ini.

Lebih lanjut Abrijanto mengungkapkan, bukan hanya jahe, semua bahan herbal sebaiknya juga tidak diseduh air mendidih. "Semua bahan herbal mengandung senyawa aktif yang rata-rata rusak dengan suhu panas, misalnya tanin pada teh," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com