Guru Besar Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Prof Nasrin Kodim menyampaikan hal itu, Senin (11/8), di Jakarta. Karena itu, antisipasi ancaman penyakit bersumber dari binatang harus disiapkan serius. Sebab, belum bisa diprediksi penyakit seperti apa lagi yang akan ditularkan hewan kepada manusia.
”Sejak lama saya mengingatkan ancaman penyakit bersumber dari binatang. Namun, sepertinya perbincangan zoonosis hanya ramai di kalangan dokter hewan,” kata Nasrin.
Nasrin menilai, negara mana pun akan kesulitan menghadapi ancaman penyakit yang bersumber dari binatang karena tak akan bisa diduga sebelumnya penyakit seperti apa yang akan muncul dan bagaimana karakternya. Selain itu, hal paling krusial adalah kemampuan manusia membuat obat penyakit yang muncul tak secepat penyakit itu menyebar dan menginfeksi manusia.
Pemerintah kian tak berdaya saat penyakit berhasil menyeberang lintas negara dan jadi pandemi yang merenggut banyak nyawa.
Sebelum manusia mampu membuat obat penyakit zoonosis, pola penularan yang semula dari hewan ke manusia sudah masuk ke penularan sesama manusia.
Seratus penyakit
Sejauh ini, menurut Nasrin, ada lebih dari 100 penyakit bersumber dari binatang yang menjadi ancaman. Misalnya, demam berdarah, antraks, ebola, flu burung, leptospirosis, dan HIV. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengumumkan kondisi darurat kesehatan internasional terkait penyebaran virus ebola di sejumlah negara.
Aktivitas manusia yang merusak alam dan perdagangan satwa memungkinkan manusia kontak dengan hewan liar lebih bebas sehingga memunculkan penyakit baru (new emerging).
Ada pula penyakit zoonosis yang dulu ada lalu hilang dan kini muncul lagi (re-emerging). Sekitar 75 persen penyakit yang muncul lagi adalah penyakit bersumber dari hewan dan hampir semua penyakit baru pada manusia berasal dari reservoir binatang.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.