Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 06/09/2014, 08:38 WIB
Dian Maharani

Penulis


KOMPAS.com
- Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) seringkali mendapat perlakuan diskriminatif. Bagi perempuan, mereka tak hanya kerap mengalami kekerasan seksual. Kodrat mereka sebagai perempuan yang bisa melahirkan anak pun sering dihilangkan.

Mereka dipaksa melakukan sterilisasi rahim agar tak bisa memiliki keturunan. Alasannya, agar tidak lahir bayi yang tertular HIV dari sang ibu. Padahal, tak semua bayi yang lahir dari rahim ibu positif HIV juga ikut terjangkit.

"Itu kan hak setiap manusia punya keturunan. Sering kali terjadi penolakan karena status mereka perempuan,” ujar Program Manager Ikatan Perempuan Positif Indonesia (IPPI), Melly Windi Lianti di Gedung Sekretariat Komisi Penanggulangan Aids Nasional, Jakarta, Jumat (5/9/2014).

Melly mengatkan, tidak semua rumah sakit di Indonesia mau menerima perempuan HIV yang ingin melahirkan. Mereka disarankan untuk melakukan sterilisasi agar tidak dapat kembali mengandung. Tak hanya itu, penolakan perempuan untuk bisa hamil juga muncul dari pasangannya sendiri. Perbuatan tak manusiawi dilakukan untuk merusak rahim perempuan tersebut.

“Pernah ada vagina dimasukin deodoran yang dilapisi kondom. Lalu, kondomnya ketinggalan di dalam cukup lama. Rahimnya menjadi rusak,” terang Melly.

Menurut Melly, perempuan positif HIV akhirnya sering mendapat informasi yang salah mengenai kehamilan. Melly pun memberikan bukti nyata bahwa tidak semua anak yang lahir pasti akan terkena virus HIV.

Melly mencontohkan dirinya sendiri. Ia penderita HIV yang berhasil melahirkan dua anak negatif HIV. Suami Melly pun negatif HIV. Ia menjelaskan, sang ibu dapat merencanakan kehamilan untuk mencegah sang bayi lahir positif HIV.

"Sayangnya, anggota kita banyak tidak memahami hak sebagai penderita HIV. Perempuan HIV jadi takut punya anak," kata Melly.

Namun, lanjut Melly, kasus sterilisasi kini sudah tak banyak ditemuii berkat peran para lembaga atau LSM, komunitas maupun pemerintah yang konsen terhadap kasus ini.

Menurut dia, banyak perempuan hanya sebagai korban.  Berdasarkan survei IPPI tahun 2013, banyak ibu rumah tangga yang terjangkit HIV/AIDS karena tertular dari suami. Wanita penderita HIV juga sering mendapat kekerasan fisik dari suami. Mereka sulit melakukan perlawanan karena takut diceraikan oleh sang suami. Selain itu, perempuan juga kerap tidak mendapat hak asuh anak setelah bercerai dengan suaminya.

Saat ini, mereka kini masih sangat membutuhkan informasi mengenai HIV/AIDS dan perlindungan hukum. ODHA memiliki hak hidup yang sama dengan lainnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau