Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tanpa Inkubator, Bayi Prematur Tetap Bisa Diselamatkan

Kompas.com - 11/09/2014, 06:44 WIB
Dian Maharani

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
- Banyak wilayah di Indonesia, khususnya daerah terpencil yang tidak memiliki fasilitas memadai di bidang kesehatan. Salah satunya fasilitas untuk perawatan bayi yang lahir prematur. Padahal, bayi prematur perlu perawatan ekstra dibanding bayi yang lahir normal.
 
Bayi prematur lahir dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu atau berat saat lahir sangat kecil yaitu kurang dari 2,5 kg. Daya tahan tubuh bayi prematur pun sangat lemah dengan fungsi organ tubuh yang tidak berjalan baik.
 
Meski demikian, para ibu tak perlu putus asa. Tanpa fasilitas seperti di rumah sakit besar di perkotaan, bayi prematur tetap bisa diselamatkan.
 
Dokter spesialis anak, Esther H Situmeang mengatakan, tanpa inkubator, perawatan bayi prematur bisa menggunakan beberapa lampu. Lampu itu berguna untuk membuat suhu di ruangan menjadi hangat. Sebab, bayi prematur tidak boleh mengalami hipotermia atau suhu tubuh rendah.
 
"Bahkan suhu operasi atau bersalin juga harus hangat," kata Ester di Rumah Sakit Mitra Keluarga, Kelapa Gading, Jakarta Utara, Rabu (10/9/2014).
 
Ester menjelaskan, suhu tubuh yang rendah dapat merusak semua sistem organ tubuh bayi. Penanganan bayi prematur pun harus cepat. Sejak bayi dikeluarkan dari rahim ibunya, tubuhnya harus langsung dikeringkan, kemudian dibalut plastik.
 
"Waktu 1 detik, 1 menit, sangat menentukan keberhasilan hidup bayi prematur," lanjut Ester.                                                                         
Selain itu, untuk menjaga agar bayi tidak kedinginan juga membutuhkan peran sang ibu. Ibu diperbolehkan memeluk bayinya untuk mentransfer suhu tubuh menjadi hangat. Cara ini dikenal dengan metode kangguru.
 
Sementara itu, penanganan bayi prematur di rumah sakit besar sudah menggunakan peralatan canggih. Selain inkubator, rumah sakit menggunakan high frequency ventilation (HFV), yaitu mesin dengan frekuensi getaran tinggi yang dapat membuka alveoli paru yang kolaps. Paru-paru bayi yang kempis jadi mengembang. Bayi juga diberikan infus cairan yang mengandung glukosa, protein, lemak, dan elektrolit.
 
Dokter spesialis kebidanan dan kandungan, Herman Trisdiantono menambahkan, sejumlah dokter di puskesmas pun telah dibekali dengan pengetahuan untuk menangani bayi prematur meski tanpa fasilitas memadai. Konndisi ini pun harus menjadi perhatian pemerintah.
 
Data tahun 2010, jumlah kelahiran bayi prematur yaitu 675.700 atau 15 persen dari total bayi yang hidup di Indonesia. Angka kematiannya pun mencapai 32.400 bayi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau