"Bahaya terbesarnya adalah ketika seseorang baru datang ke rumah sakit saat gejalanya makin berat atau sudah di tahap lanjut serangan jantung, maka pilihan terapinya lebih sedikit," kata Catherine Kreatsoulas, peneliti dari Harvard School of Public Health.
Kreatsoulas melakukan wawancara dengan para pasien yang datang ke unit gawat darurat dengan keluhan angina dan sedang menunggu tes angiogram untuk mengetahui adanya tanda penyakit arteri koroner.
Angina atau nyeri dada terjadi ketika jantung tidak mendapat cukup darah dan oksigen karena penyumbatan pembuluh darah.
Pada pria, jika mereka mengalami gejala tersebut maka mereka akan cepat ke rumah sakit. "Sebaliknya dengan wanita, mereka merasa yakin gejala tersebut akan segera hilang dan membaik sendiri," katanya.
Para wanita juga akan mengabaikan gejala tersebut untuk waktu lama jika ternyata rasa sakitnya mulai mereda.
Salah satu penyebab mengapa wanita kerap meremehkan gejala serangan jantung adalah karena banyak yang tidak sadar apa yang dialaminya merupakan serangan jantung.
Gejala khas penyakit jantung pada pria antara lain rasa sakit hebat di dada, seperti tertimpa gajah, dan sesak napas. Tetapi pada wanita gejalanya justru ringan, tak ada nyeri dada sama sekali sehingga sering tidak disadari.
"Pada perempuan biasanya hanya merasakan sangat lelah, tak bertenaga, dan juga pegal-pegal. Apalagi jika menderita diabetes yang saraf-sarafnya sudah rusak, gejalanya sering tidak dirasakan," kata dr.Jetty Sedyawan, Sp.JP (K), dari Yayasan Jantung Indonesia di Jakarta beberapa waktu lalu.
Karena gejalanya yang ringan tersebut, banyak perempuan mengira ia hanya sedang flu, stres, atau masuk angin biasa, sehingga tak segera ke rumah sakit.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.