KOMPAS.com – Iklan rokok elektronik pertama telah muncul di Inggris pada 2014 lalu. Iklan ini pun menuai kontroversi di tengah munculnya penelitian tentang bahaya merokok elektronik yang tak jauh berbeda dengan rokok biasa atau konvensional
Banyak pihak yang tak setuju dengan adanya iklan rokok elektronik. Apalagi, menurut studi terbaru, menonton iklan rokok elektronik justru bisa memicu keinginan seseorang untuk merokok konvensional. Penelitian dilakukan oleh para peneliti di Annenberg School for Communication, Universitas Pennsylvania.
Hasil penelitian pun menemukan adanya mantan perokok yang kembali menghisap rokok konvensional setelah menonton iklan rokok elektronik.
Penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Komunikasi Kesehatan ini melibatkan 301 orang yang merokok setiap hari, 272 orang yang tidak rutin merokok, dan 311 mantan perokok. Beberapa peserta penelitian menonton tiga iklan rokok elektronik yang berbeda, yaitu ada iklan yang menunjukkan gambar vaping dan tidak.
Hasilnya, perokok harian yang melihat iklan vaping mengaku menjadi lebih ingin menghisap rokok biasa dan mantan perokok cenderung ingin kembali merokok atau mengurunkan niat mereka untuk menjauh dari rokok. Sementara itu, kelompok perokok yang tidak rutin merokok mengaku tingkat keinginannya tak berubah.
Menurut peneliti, menonton iklan yang menunjukkan vaping dapat mengganggu mantan perokok menahan diri untuk tidak merokok.
Penulis studi profesor Joseph N Cappella pun menyayangkan bahwa rokok elektronik ternyata tidak ampuh untuk mengurangi perokok tembakau konvensional.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.