Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 18/03/2015, 07:16 WIB

KOMPAS.com - Para ahli sejak beberapa tahun terakhir ini sudah menggolongkan obesitas sebagai sebuah penyakit. Lebih dari itu, kegemukan berlebih juga akan meningkatkan risiko penyakit kanker sampai 40 persen.

Daftar kanker yang berkaitan dengan obesitas pun tidak sedikit. Obesitas setidaknya meningkatkan risiko  tujuh jenis kanker berbeda, antara lain kanker usus besar, kanker rahim, kanker payudara pasca-menopause, kanker kantung empedu, kanker ginjal, kanker kerongkongan, dan kanker pankreas.

Demikian menurut data yang dirilis oleh Cancer Research Inggris. Secara khusus data itu menunjukkan dari 1.000 perempuan, 274 orang di antaranya akan didiagnosis terkena kanker.  Jumlah ini jauh lebih tinggi 194 dari 1.000 wanita dengan berat badan normal yang akan diprediksi akan didiagnosis kanker.

"Kami tahu bahwa risiko kanker ini bergantung pada kombinasi genetika, lingkungan, dan aspek lain dalam hidup, banyak di antaranya bisa dikendalikan. Membantu orang mengetahui bagaimana mereka bisa mengurangi risiko terkena kanker tetap penting dalam menanggulangi penyakit," jelas Kepala Informasi Kesehatan Cancer Research UK, Julie Sharp.

"Perubahan gaya hidup, seperti tidak merokok, menjaga berat badan, menjalani pola makan sehat, dan mengurangi alkohol merupakan kesempatan besar bagi kita semua untuk mengurangi risiko terkena kanker. Melakukan perubahan ini tidak menjamin bisa menangkal kanker, tetapi peluangnya sangat mendukung," terangnya.

Saat ini di Amerika Serikat, sebesar 35,1 persen orang dewasa usia 20 tahun ke atas mengalami obesitas. Sementara itu sebanyak 69 persen orang dewasa usia 20 tahun ke atas mengalami kegemukan.

Jumlah tersebut berdasarkan data dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS. Orang yang mengalami obesitas juga dihadapi dengan tingginya biaya medis, yakni sekitar 19 juta Rupiah per tahun lebih tinggi daripada orang dengan berat badan normal.

Walau ada sejumlah faktor yang dapat berkontribusi terhadap terjadinya kanker,tapi  hormon biasanya menjadi latar belakangnya. (Purwandini Sakti Pratiwi)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau