KOMPAS.com — Bagi Anda yang tinggal di perkotaan, seperti di Jakarta, polusi udara mungkin tak dapat dihindari. Polusi udara sebagian besar berasal dari asap kendaraan yang berlalu lintas dan emisi pabrik.
Masalah polusi udara perlu menjadi perhatian serius karena dapat mengganggu kesehatan manusia. Sudah banyak studi yang mengaitkan polusi udara dengan peningkatan penyakit tidak menular.
Berdasarkan sebuah studi terbaru yang dilakukan peneliti di Inggris, orang yang sering terpapar polusi udara memiliki risiko lebih tinggi terkena penyakit stroke.
Hasil penelitian menunjukkan hubungan risiko penyakit dengan paparan jangka pendek dari karbon monoksida, nitrogen dioksida, sulfur dioksida, dan partikel padat lainnya. Studi ini menunjukkan kematian akibat stroke yang meningkat di suatu rumah sakit dalam waktu satu minggu.
Penelitian lain di Amerika Serikat juga menunjukkan adanya hubungan antara kecemasan seseorang dan paparan polusi udara.
Penelitian menunjukkan adanya efek samping dari paparan partikulat meter (PM) 2,5 atau partikel kecil sebesar 2,5 mikrometer atau berukuran 30 kali lebih kecil dari ketebalan rambut manusia.
Peneliti juga melihat hubungan antara paparan PM10 dan polutan lainnya terhadap peningkatan risiko kematian akibat stroke. Stroke merupakan penyebab 40.000 kematian di Inggris setiap tahunnya.
Sementara itu, dokter Anoop Shah, dari pusat ilmu kardiovaskular di Edinburgh University, mengatakan bahwa paparan polusi udara dalam jangka panjang dapat mengganggu kesehatan paru-paru, jantung, dan peredaran darah. Partikel mikroskopis telah terbukti menyebabkan kerusakan paru-paru dan pembekuan pembuluh darah.
"Kami berharap temuan ini lebih menonjolkan efek buruk polusi bagi kesehatan, dan kebijakan akan diberlakukan untuk mengurangi polusi udara," kata dia.
Polusi udara diperkirakan berkontribusi terhadap kematian 29.000 orang setiap tahunnya di Inggris. Sebanyak 16 kota di Inggris, seperti London, Manchester, Glasgow, Sheffield, dan Birmingham, termasuk kota yang gagal mencapai target kualitas udara Uni Eropa sejak tahun 2011. Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.