Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 29/03/2015, 09:43 WIB
Dian Maharani

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
- Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Untuk menyembuhkan penyakit ini, pasien harus minum obat antituberkulosis setidaknya selama 6 bulan. Sayangnya, banyak pasien yang tidak patuh minum obat karena waktu pengobatan yang cukup lama.

Akibatnya, mereka mengalami kekebalan terhadap obat anti tuberkulosis atau disebut multi drug resistant (TB MDR).

"Kita sekarang menghadapi TB resisten obat yang sudah tidak bisa lagi dihadapi obat biasa," terang dokter spesialis paru Erlina Burhan dalam acara Pulmonary Infection Symposia di Jakarta, Jumat (27/3/2015).

Pasien TB MDR mengalami resisten terhadap minimal dua obat. Akhirnya, banyak pasien yang tidak sembuh total. Jika sudah terkena TB MDR pengobatan pun akan semakin lama, yaitu mencapai 2 tahun.

Masalah tak berhenti sampai di situ. Jika pasien TB MDR kembali tak patuh minum obat, mereka bisa terkena extensively drug resistant atau TB XDR.

"Jika tidak ditangani dengan benar, tidak saja menimbulkan masalah medis, tapi non medis. Non medis itu misalnya bosan, hingga kehilangan pekerjaan karena harus berobat terus," lanjut Elrina.

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan yang juga Guru Besar Fakultas Pulmonologi FKUI Tjandra Yoga Aditama mengatakan, banyak pasien TB yang hanya rutin berobat pada bulan-bulan pertama.

TB MDR juga bisa disebabkan oleh pengobatan yang tidak tepat atau tidak sesuai standar dan suplai obat yang tidak selalu tersedia. Saat ini pun tengah dikembangkan obat terbaru untuk pasien TB.

"Jadi jika pasien diagnosis TB, habiskan obat selama 6 bulan meskipun dalam waktu dua sampai tiga bulan keluhannya sudah hilang," kata Tjandra.

Jumlah pasien TB MDR di Indonesia pun cukup tinggi. Berdasarkan WHO global report 2013, Indonesia berada di peringkat 8 dari 27 negara dengan beban TB MDR terbanyak di dunia. Jika tidak segera diatasi, TB akan terus menular ke masyarakat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau