Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cek Sumbatan Pembuluh Darah Pemicu Stroke dengan Teknologi DSA

Kompas.com - 10/04/2015, 12:40 WIB

KOMPAS.com - Stroke merupakan penyakit yang cukup banyak di derita. Di Indonesia, prevalensinya sekitar 12,1 per 1000 penduduk. Penyakit ini juga jadi penyebab kematian utama. Mereka yang bertahan hidup biasanya menderita cacat jangka panjang.

Keberhasilan pengobatan stroke sangat bergantung pada seberapa cepat pengobatan diberikan. Makin lama pasien tanpa bantuan medis, makin besar kerusakan otak yang dialami. Karena itulah deteksi dini penyakit ini sangatlah penting.

Untuk mengetahui kondisi pembuluh darah di otak biasanya dilakukan pemeriksaan CT-Scan, Magnetic Resonance Imaging (MRI), Magnetic Resonance Angiogram (MRA), atau MRV (Magnetic Resonance Venography).

Saat ini telah hadir teknologi baru pemeriksaan pembuluh darah, yakni dengan Digital Substraction Angiography (DSA).

“DSA otak merupakan pemeriksaan golden standard dari pembuluh darah otak untuk melihat aliran di pembuluh darah arteri sampai ke jaringan lalu ke vena secara langsung dan terus menerus melalui alat angiografi atau kateterisasi,” papar Dokter Spesialis Radiologi Intervensi Rumah Sakit Bethsaida, Dr. Jacub Pandelaki, Sp. Rad(K) dalam konferensi pers di Jakarta (9/4/15).

Prosedur pemeriksaannya dengan memasukkan kateter melalui pembuluh darah lewat paha yang akan terus naik ke bagian leher. Kemudian cairan heparin atau cairan fisiologis (seperti cairan infus) dan cairan kontras disemprotkan untuk memonitor kondisinya.

Dokter akan memantau alat tersebut secara real time melalui komputer, sehingga pembuluh darah akan terlihat lebih jelas.

“Dokter spesialis radiologi akan memantau dari monitor pergerakan kateter dalam pembuluh darah yang dituju. Karena metode ini bukan merupakan tindakan operasi, pasien dalam keadaan sadar dan hanya mendapat bius lokal. Luka yang dihasilkan dari pemeriksaan ini pun sangat kecil,” lanjut Jacub.

DSA dapat mendeteksi kelainan pembuluh darah di otak seperti aneurisma (pelebaran pembuluh darah), AVM (Artery Venous Malformation), penyempitan, dan penyumbatan. Jika ditemukan adanya gangguan, pasien bisa mendapat pengobatan sesuai dengan kelainan yang dialami.

Sementara itu, efek samping yang timbul biasanya dari masuknya cairan kontras ke dalam pembuluh darah. Biasanya pasien akan merasa mual atau pusing ringan.

Dokter lulusan Universitas Indonesia ini mengungkapkan bahwa persentase keberhasilan diagnosis dengan DSA dapat mencapai 90 persen. Akan tetapi, persentase keberhasilan pengobatannya bergantung pada tingkat keparahan kasusnya.

Selain pada otak, prosedur ini dapat juga digunakan untuk mendeteksi pembuluh darah di bagian tubuh lain.

Untuk satu kali pemeriksaan dengan DSA, biaya yang harus dikeluarkan sekitar Rp20 juta hingga Rp25 juta di luar pemeriksaan MRI dan MRA. (Purwandini Sakti Pratiwi)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau