Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 18/05/2015, 16:00 WIB

Meningkatnya pendapatan dan kesejahteraan masyarakat mengubah kebiasaan mereka, baik dari pola konsumsi, aktivitas fisik, maupun pola permukiman masyarakat yang meng-kota.

Semakin tipisnya batas antara wilayah perkotaan dan pedesaan, tayangan televisi yang selalu menampilkan glamornya kehidupan perkotaan, serta faktor pergaulan turut memengaruhi pola perubahan gaya hidup masyarakat. Semua itu memicu tersebar meratanya dan makin mudanya usia pengidap penyakit akibat gaya hidup.

”Standar modernisasi atau berbagai keunggulan mengacu pada gaya hidup masyarakat perkotaan. Akibatnya, gaya hidup di desa mirip masyarakat di kota,” kata Sri Murni.

Anak-anak muda pedesaan kini jauh beda dengan era dulu. Semakin sedikit anak muda memanggul cangkul, mencangkul, atau ke sawah bersepeda. Gerak lakunya sama dengan anak-anak di kota umumnya, yang menenteng gawai ke mana-mana.

Beban ekonomi

Menteri Kesehatan Nila Farid Moeloek mengatakan, tingginya kejadian penyakit tidak menular di Indonesia akhirnya tidak hanya menjadi beban kesehatan, tetapi juga ekonomi negara. Mengutip penelitian Forum Ekonomi Dunia dan Harvard School of Public Health 2015, lima jenis penyakit tidak menular (penyakit kardiovaskular, kanker, penyakit paru obstruktif kronis, diabetes melitus, dan gangguan kesehatan jiwa) akan menyebabkan kerugian 4,47 triliun dollar Amerika Serikat atau 17.863 dollar Amerika Serikat per kapita dari tahun 2012 sampai 2030.

Kerugian yang ditimbulkan itu tidak hanya terkait pembiayaan pengobatan penyakit yang memang besar, tetapi juga atas hilangnya produktivitas tenaga kerja. (ADH/MZW/HRS)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau