KOMPAS.com - Kasus keracunan belimbing pertama kali terjadi di Malaysia tahun 1980, di mana ditemukan efek depresi pada sistem saraf pusat. Belimbing atau buah berbentuk bintang ini banyak ditemukan di Asia Tenggara dan Amerika Selatan yang bisa dimakan langsung ataupun dibuat salad.
Buah berbentuk unik ini minim risiko jika dikonsumsi dalam keadaan sehat dan dalam jumlah normal. Namun, terjadi gagal ginjal akut pernah dilaporkan oleh orang-orang yang mengalami sakit ginjal. Pada tahun 2006, kasus yang dilaporkan dipublikasikan dalam Journal of Nephrology, seorang pasien dengan penyakit ginjal kronis, tubuhnya mengalami reaksi buruk setelah makan belimbing, menyebabkan penurunan fungsi ginjal dan kerusakan ginjal permanen.
Kasus serupa juga dilaporkan di Hong Kong Medical Journal pada tahun 2009, seorang wanita berusia 76 tahun dengan penyakit ginjal kronis dirawat di Rumah Sakit dalam keadaan jantung berdetak cepat setelah makan dua buah belimbing.
Dari kasus-kasus tersebut, disimpulkan bahwa buah belimbing tak boleh dikonsumsi dalam jumlah banyak, terutama oleh mereka yang memiliki riwayat sakit ginjal. Karena bisa menyebabkan keracunan. Apalagi jika dikonsumsi dalam kondisi perut kosong. Gejala umum keracunan belimbing diantaranya cegukan, muntah, lemas, insomnia, kejang-kejang hingga hipotensi.
Keracunan buah belimbing disebabkan karena kandungan asam oksalat yang tinggi. Pada orang sakit ginjal, asam oksalat akan terakumulasi alias tidak terbuang bersama air kencing. Sehingga, konsentrasinya makin tinggi dan menyebabkan keracunan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.