Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tak Semua Pasien Cocok dengan Terapi Kanker yang Mahal

Kompas.com - 02/09/2015, 19:09 WIB
KOMPAS.com - Penelitian terkait kanker terus berkembang. Salah satu yang cukup berhasil meningkatkan usia harapan hidup pasien kanker stadium lanjut adalah terapi target di tingkat sel. Namun, tak semua pasien kanker cocok dengan terapi tersebut.

Berbeda dengan pengobatan kanker konvensional seperti kemoterapi atau radioterapi yang menyerang semua sel, baik sel kanker atau yang sehat, terapi target hanya menyerang sel kanker alias sel yang mengalami pembelahan tak terkendali.

Terapi target kanker hanya memengaruhi molekul tertentu yang memainkan peran dalam pertumbuhan sel kanker sehingga pertumbuhan dan penyebarannya dapat dihambat. Terapi ini dianggap lebih efektif.

Beberapa jenis kanker yang bisa diterapi dengan cara ini antara lain kanker paru, kanker payudara tipe tertentu, kanker kulit, kanker darah tipe tertentu, dan kanker kolorektal. Pengobatan kanker dengan terapi target ditujukan untuk pasien kanker stadium lanjut. Biayanya juga cukup mahal.

Menurut Ahmad R Utomo, Ph.D, Peneliti dari Kalbe Genomics Laboratory, obat-obatan dalam terapi target akan meberikan hasil yang bagus jika mutasi genetiknya cocok. Karena itu sebelum diberikan pengobatan, diperlukan pemeriksaan profil genetik.

"Dokter sekarang ini jangan hanya melihat organ yang terkena kankernya saja, tapi juga profil genetiknya. Tujuannya untuk menyeleksi pasien sehingga pemberian obatnya sesuai," katanya dalam acara media edukasi yang diadakan PT.Kalbe Farma di Jakarta (2/9/15).

Pemeriksaan profil genetik ini untuk melihat apakah ada mutasi gen K-RAS dan N-RAS. Kedua gen ini sangat penting dalam plofirasi sel. "Kalau selnya aktif terus atau tidak bisa berhenti bisa menjadi kanker," katanya.

Selain untuk menentukan terapi target, diagnostik molekular juga bermanfaat untuk memonitor terapi yang sudah diberikan.

Pemeriksaan genetik bisa dilakukan dengan pengambilan sampel dari hasil biopsi atau contoh darah. Dari data yang ada di laboratorium Kalgen, menurut Ahmad hampir 50 persen pasien kanker paru memiliki mutasi gen K-RAS.

"Indonesia cukup progresif dalam penggunaan pemeriksaan ini. Apalagi menurut aturan BPJS Kesehatan, pasien yang akan mendapat terapi target diwajibkan melakukan pemeriksaan genetik," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau