Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 06/09/2015, 11:34 WIB
Lily Turangan

Penulis

KOMPAS.com - Perpisahan dengan orang yang Anda cintai, tidak hanya akan membuat Anda patah hati, sedih, marah dan kesepian. Perpisahan atau perceraian juga akan merugikan kesehatan fisik Anda.

"Setiap pikiran, setiap tindakan, setiap kata,  menciptakan respon fisik oleh otak," jelas Kathleen Hall, ahli manajemen stres dan pendiri Mindful Living Network. "Selama perceraian, Anda memilah-milah hal-hal besar dalam hidup Anda. Pernikahan, cinta, anak-anak. Ketika semua itu kandas, rasanya seperti ada bom yang dijatuhkan dan merusak nilai-nilai dan sudut pandang Anda selama ini. Hal ini akan  memengaruhi fisiologis lebih dari yang Anda bisa bayangkan."

Berikut ini penjelasan tentang bagaimana perceraian dapat sangat merugikan kesehatan Anda baik secara fisik maupun mental, dan cara mengatasinya.

1. Stres kronis

Akibat stres karena perceraian, tubuh akan melepaskan hormon stres yang disebut kortisol. Menurut Hall, sejumlah besar kortisol selama periode stres, seperti selama perceraian, dapat memengaruhi hampir semua sistem kerja organ di dalam tubuh, termasuk tekanan darah dan denyut jantung.

2. Sulit tidur

Masih menurut Hall, tubuh dapat resah dengan tidak lagi memiliki pasangan yang akrab di sisi Anda. Akibatnya, timbullah stres fisik yang membuat Anda tidak bisa memejamkan mata. Kadar kortisol yang tinggi juga dapat berkontribusi menjadi penyebabnya.

Stres dan kurang tidur seperti lingkaran setan. Stres membuat Anda sulit tidur, sebaliknya kurang tidur dapat memicu stres. Hall menyarankan Anda untuk mendahulukan tidur terlebih dulu agar kadar stres otomatis berkurang.

3. Melemahkan daya tahan

Stres dapat memengaruhi daya tahan dengan cepat. Penyakit flu misalnya, mudah menyerang mereka yang stres. Pasalnya,  saat stres daya tahan tubuh menjadi lemah. Penyakit autoimun, di mana tubuh berbalik melawan dirinya sendiri, juga mungkin terjadi setelah proses perceraian yang berat.

Ketika benak Anda terlilit oleh pusaran pikiran dan emosi negatif  yang biasa menyertai perceraian, jangan heran jika sistem kekebalan tubuh tiba-tiba menukik turun dengan drastis. Sebuah penelitian di bidang psikoneuroimunologi menunjukkan, betapa banyak dampak  emosi terhadap sistem kekebalan tubuh kita. Dan itu bukan akibat dari stres saja, depresi juga dapat berkontribusi untuk memperlemah sistem kekebalan tubuh, sama halnya seperti perasaan terasing dan kesepian, demikian menurut American Psychological Association.

4. Depresi dan cemas

Kehidupan sehari-hari yang penuh stres dapat menyebabkan depresi klinis pada mereka yang mungkin rentan, begitulah menurut situs kesehatan WebMD. Penelitian dari Harvard University juga menegaskan bahwa stres kronis  dapat meningkatkan kecemasan.

Ketika Anda sedang berjuang dengan perasaan sedih dan trauma, langkah pertama untuk menghindari masalah kesehatan mental adalah mencari bantuan orang sekitar yang Anda percaya misalnya Ibu atau sahabat, kata Hall. Anda tahu bahwa orang yang dulu Anda andalkan untuk mendapatkan dukungan sekarang justru menjadi sumber stres. Maka itu, carilah sumber-sumber dukungan baru.

5. Krisis identitas

Perceraian dapat membuat Anda meragukan nilai-nilai yang selama ini Anda anut. Juga membuat Anda bertanya siapa Anda sekarang tanpa pasangan hidup. Sebuah penelitian bidang psikologi tahun 2010 menyebutkan bahwa perpisahan dapat merusak rasa percaya diri seseorang. Dalam kasus perceraian, ketika rumah, keluarga dan banyak hal lain mengingatkan Anda pada mantan pasangan, hal ini bisa bertambah parah.

"Kita tahu bahwa sebuah hubungan dapat mengubah cara berpikir kita tentang diri kita sendiri. Ketika hubungan itu berakhir, berakhir pula cara pandang yang menjadi nilai-nilai kita selama ini dan itu bisa sangat mengguncang, menyebabkan kebingungan dan hilangnya identitas diri," kata Erica Slotter, notulis penelitian dari Northwestern University.

6. Gangguan pencernaan

Apakah Anda pernah merasa sakit perut ketika sangat gugup? Sakit perut dapat disebabkan oleh stres akut. Jika terjadi berkepanjangan dapat berefek ke pencernaan dan akhirnya menimbulkan gangguan lambung atau sindrom iritasi usus besar.

Jika Anda mengalami masalah perut sebagai akibat dari stres, situs kesehatan wanita milik pemerintah Amerika Serikat, www.womenshealth.gov, merekomendasikan Anda untuk mencoba olahraga yang  sifatnya menenangkan seperti jalan kaki, yoga atau meditasi.

7. Penambahan berat badan

Penelitian yang dilakukan oleh Yale University menemukan bahwa hormon kortisol yang Anda keluarkan ketika stres punya hubungan erat dengan penumpukan lemak terutama di bagian perut. Saat stres, orang cenderung mengonsumsi makanan tanpa berpikir panjang. Mereka terdorong untuk makan makanan manis, atau sarat garam alias gurih dan makanan berlemak.

Alih-alih membiarkan diri bertambah stres karena timbangan naik, lebih baik sediakan buah-buahan di rumah. Begitu keinginan ngemil datang, makanlah buah, bukan es krim atau brownies dan dua porsi burger.

Merawat dan menjaga diri dengan cara sehat, meski terasa sangat sulit, terbukti telah dapat membantu banyak orang melewati masa-masa krisis emosi karena perceraian. Makan sehat, olahraga yoga dan meditasi,  mencari dukungan sosial dan profesional, berada di tengah keluarga dan teman-teman adalah hal yang harus Anda lakukan jika ingin segera keluar dari situasi yang tidak menyenangkan.

Terpenting juga adalah mencoba berdamai dengan diri sendiri dan keadaan dengan percaya bahwa semua yang terjadi pada akhirnya akan membawa kebaikan pada banyak pihak. Pengalaman pahit membuat kita belajar banyak dan menjadi lebih bijak, bukan?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com