Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 19/09/2015, 15:00 WIB
JAKARTA, KOMPAS — Penggunaan bahan tambahan pangan berlebihan pada jajanan anak masih marak. Bahkan, beberapa jajanan belum memenuhi syarat higienis dari Badan Pengawas Obat dan Makanan. Untuk itu, orangtua dan pihak sekolah diminta turut mengawasi keamanan jajanan anak.

Data BPOM menyebutkan, ada empat jenis jajanan bermasalah dan tak higienis, yakni berbagai jenis es, sirup, jeli, dan bakso. Masalah yang ditemukan beragam, antara lain kandungan bahan tambahan pangan berlebihan dan bahan tambahan bukan untuk pangan.

Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia Cabang DKI Jakarta Rini Sekartini mengatakan, jajanan tak sehat kebanyakan diperoleh anak dari pedagang kaki lima (PKL) di sekolah. Karena itu, orangtua dan guru berperan penting dalam mengarahkan anak agar konsumsi jajanan sehat.

"Tiap perusahaan makanan harus mencantumkan keterangan kandungan nutrisi dan lainnya di tiap kemasan. Namun, yang menjadi masalah adalah makanan yang dijual PKL," kata Rini, dalam temu media tentang kandungan nutrisi jajanan anak, Kamis (17/9) di Jakarta.

Terkait hal itu, Dinas Pendidikan DKI Jakarta bekerja sama dengan PT Mayora mengedukasi sekitar 400 guru sekolah dasar di Jakarta tentang jajanan sehat. Itu merupakan bagian dari upaya mewujudkan lingkungan sekolah yang sehat.

Penggunaan bahan tambahan pangan secara berlebihan ataupun bahan tambahan bukan untuk pangan, seperti boraks, formalin, dan pewarna tekstil, menimbulkan efek samping bersifat individual. Jika dikonsumsi, bahan itu bisa berakibat alergi pada kulit, mual dan muntah, tidak nafsu makan, diare, dan dampak jangka panjang dapat menyebabkan kerusakan hati serta gangguan saluran pernapasan.

Jajanan tercemar

Badan POM menargetkan, sekitar 90 persen dari total jumlah produk jajanan anak yang beredar di pasaran memenuhi syarat kebersihan dan sanitasi. Namun, data BPOM menunjukkan, pada 2013 produk jajanan yang memenuhi syarat hanya 80 persen, bahkan pada 2014 persentasenya turun drastis jadi 74 persen.

"Penurunan itu disebabkan cemaran mikrobiologi, yakni soal cara memproduksi dan penyajian yang tidak higienis," kata Direktur Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya BPOM Mustofa.

Selain itu, BPOM juga mencatat angka penyalahgunaan bahan berbahaya pada jajanan anak tiap tahun menurun. Tahun 2012 jumlahnya 3,31 persen, tahun 2013 jadi 2,93 persen, lalu tersisa 2,32 persen tahun 2014.

"Untuk menekan peredaran jajanan berbahaya, kami adakan inspeksi mendadak berkala. Saat sidak, kami mengambil sampel dan menguji jajanan anak," ucap Mustofa. Pihaknya juga mengedukasi tentang jajanan anak yang sehat pada PKL. (B09)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau