Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Teknologi PGS Tingkatkan Keberhasilan Bayi Tabung Hingga 70 Persen

Kompas.com - 24/09/2015, 10:01 WIB
Dian Maharani

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com – Program bayi tabung merupakan salah satu upaya yang dilakukan pasangan suami istri tidak subur untuk bisa mendapat keturunan. Program bayi tabung atau In Vitro Fertilization (IVF) selama ini, memberikan harapan seseorang untuk bisa hamil sebesar sekitar 40 persen. Namun, dengan teknologi terbaru yang ada saat ini, keberhasilan bayi tabung menjadi sekitar 70 persen.

Dokter Spesialis Obstetri Ginekologi Ivan S Rini yang juga Direktur Pengembangan Produk dan Teknologi PT. BundaMedik Healthcare System itu mengungkapkan, teknologi tersebut bernama Pre-Implantation Genetic Sreening (PGS). Teknologi PGS dapat mendeteksi ada atau tidaknya kelainan kromosom pada embrio yang selama ini kerap menjadi penyebab gagalnya bayi tabung. Dengan PGS, seleksi embrio yang normal akan lebih akurat.

“Proses seperti ini akan membuat proses implantasi atau nempelnya janin dari sekitar 40 persen menjadi 70 persen dengan proses pemilihan kromosom ini. Jadi lebih tinggi kemungkinannya,” terang Ivan saat ditemui seusai acara peluncuran buku biografi dokter Rizal Sini di Rumah Sakit Bunda, Jakarta, Rabu (23/9/2015).

Tanpa teknologi PGS, seleksi embrio sebelumnya hanya dengan melihat berdasarkan bentuk atau morfologi embrio. Kemudian, dari sejumlah embrio yang diambil akan diberi penilaian seperti “baik” atau “sangat baik”. Namun, embrio yang secara bentuk terlihat baik belum tentu normal. “Karena yang menentukan embrio itu normal atau enggak adalah kromosom,” lanjut Ivan

Program bayi tabung tanpa teknologi PGS biasanya dilakukan penanaman embrio terbaik lebih dari satu. Hal ini meningkatkan risiko terjadinya hamil kembar yang justru bisa menjadi kegagalan bayi tabung atau kemungkinan melahirkan bayi tidak sehat. Dengan teknologi PGS, cukup penanaman satu embrio yang sudah dipastikan normal.

“Saat proses bayi tabung itu berjalan, embrio itu kita ambil biopsi satu sel. Kemudian sel tersebut akan kita pilih mana yang normal. Dari proses ini akan memberikan informasi ke kita berapa besar kemungkinan embrio tersebut mempunyai kromosom yang normal,” terang Ivan.

Teknologi PGS pertama kali diperkenalkan di RS Bunda tahun 2015. Ivan mengungkapkan, saat ini sudah sekitar 10 pasien yang menggunakan program bayi tabung dengan teknologi PGS. Menurut Ivan, teknologi PGS bisa menjadi opsi jika pasangan suami istri telah gagal melakukan proses bayi tabung.

Ivan mengatakan, program bayi tabung dengan PGS ini bukan perkara mudah dan murah. Program bayi tabung dengan teknologi PGS membutuhkan biaya lebih dari Rp 80 juta.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya
Ada 179 Kasus Covid-19 di Indonesia per Minggu ke-24 2025
Ada 179 Kasus Covid-19 di Indonesia per Minggu ke-24 2025
Health
20 Ribu Lebih Orang Indonesia Terkena Sifilis, Kenali Ini Gejalanya…
20 Ribu Lebih Orang Indonesia Terkena Sifilis, Kenali Ini Gejalanya…
Health
4,97 Juta Orang Telah Terima Makan Bergizi Gratis, Ribuan Tenaga Kerja Terlibat
4,97 Juta Orang Telah Terima Makan Bergizi Gratis, Ribuan Tenaga Kerja Terlibat
Health
Waspadai Tekanan Darah Tinggi, Ini Pertolongan Pertama Jika Pasien Tak Sadarkan Diri
Waspadai Tekanan Darah Tinggi, Ini Pertolongan Pertama Jika Pasien Tak Sadarkan Diri
Health
Apakah Tidur Cukup Penting Didapat Orang Dewasa? Ini Kata Dokter…
Apakah Tidur Cukup Penting Didapat Orang Dewasa? Ini Kata Dokter…
Health
Waspadai Tuli Akibat Headset, Ancaman Nyata yang Sering Diabaikan
Waspadai Tuli Akibat Headset, Ancaman Nyata yang Sering Diabaikan
Health
Gustiwiw Meninggal Dunia: Waspadai 8 Gejala Hipertensi yang Sering Diabaikan
Gustiwiw Meninggal Dunia: Waspadai 8 Gejala Hipertensi yang Sering Diabaikan
Health
Serupa tapi Tak Sama, Ini Beda Flu dengan Batuk Kering dan Batuk Berdahak
Serupa tapi Tak Sama, Ini Beda Flu dengan Batuk Kering dan Batuk Berdahak
BrandzView
Gustiwiw Meninggal karena Hipertensi: Waspadai Tekanan Darah Tinggi Tanpa Gejala
Gustiwiw Meninggal karena Hipertensi: Waspadai Tekanan Darah Tinggi Tanpa Gejala
Health
Studi Ungkap Tambang Nikel Picu Asma, Kanker, dan Kerusakan Ginjal
Studi Ungkap Tambang Nikel Picu Asma, Kanker, dan Kerusakan Ginjal
Health
Kemenkes: 20 Ribu Lebih Orang Indonesia Terkena Sifilis, Ketahui Macam Penyebabnya…
Kemenkes: 20 Ribu Lebih Orang Indonesia Terkena Sifilis, Ketahui Macam Penyebabnya…
Health
Menurut Dokter Ini Tanda Stres Sudah Butuh Bantuan Ahli
Menurut Dokter Ini Tanda Stres Sudah Butuh Bantuan Ahli
Health
Waspada Covid-19, Jemaah Haji Diimbau Terapkan Prokes Saat Tiba di Indonesia
Waspada Covid-19, Jemaah Haji Diimbau Terapkan Prokes Saat Tiba di Indonesia
Health
Apakah Stres Berbahaya? Ini Penjelasan Dokter…
Apakah Stres Berbahaya? Ini Penjelasan Dokter…
Health
Ibu Hamil Usia Anak di Lombok Timur Capai 779 Ribu pada 2024
Ibu Hamil Usia Anak di Lombok Timur Capai 779 Ribu pada 2024
Health
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau