JAKARTA, KOMPAS.com – Program bayi tabung merupakan salah satu upaya yang dilakukan pasangan suami istri tidak subur untuk bisa mendapat keturunan. Program bayi tabung atau In Vitro Fertilization (IVF) selama ini, memberikan harapan seseorang untuk bisa hamil sebesar sekitar 40 persen. Namun, dengan teknologi terbaru yang ada saat ini, keberhasilan bayi tabung menjadi sekitar 70 persen.
Dokter Spesialis Obstetri Ginekologi Ivan S Rini yang juga Direktur Pengembangan Produk dan Teknologi PT. BundaMedik Healthcare System itu mengungkapkan, teknologi tersebut bernama Pre-Implantation Genetic Sreening (PGS). Teknologi PGS dapat mendeteksi ada atau tidaknya kelainan kromosom pada embrio yang selama ini kerap menjadi penyebab gagalnya bayi tabung. Dengan PGS, seleksi embrio yang normal akan lebih akurat.
“Proses seperti ini akan membuat proses implantasi atau nempelnya janin dari sekitar 40 persen menjadi 70 persen dengan proses pemilihan kromosom ini. Jadi lebih tinggi kemungkinannya,” terang Ivan saat ditemui seusai acara peluncuran buku biografi dokter Rizal Sini di Rumah Sakit Bunda, Jakarta, Rabu (23/9/2015).
Tanpa teknologi PGS, seleksi embrio sebelumnya hanya dengan melihat berdasarkan bentuk atau morfologi embrio. Kemudian, dari sejumlah embrio yang diambil akan diberi penilaian seperti “baik” atau “sangat baik”. Namun, embrio yang secara bentuk terlihat baik belum tentu normal. “Karena yang menentukan embrio itu normal atau enggak adalah kromosom,” lanjut Ivan
Program bayi tabung tanpa teknologi PGS biasanya dilakukan penanaman embrio terbaik lebih dari satu. Hal ini meningkatkan risiko terjadinya hamil kembar yang justru bisa menjadi kegagalan bayi tabung atau kemungkinan melahirkan bayi tidak sehat. Dengan teknologi PGS, cukup penanaman satu embrio yang sudah dipastikan normal.
“Saat proses bayi tabung itu berjalan, embrio itu kita ambil biopsi satu sel. Kemudian sel tersebut akan kita pilih mana yang normal. Dari proses ini akan memberikan informasi ke kita berapa besar kemungkinan embrio tersebut mempunyai kromosom yang normal,” terang Ivan.
Teknologi PGS pertama kali diperkenalkan di RS Bunda tahun 2015. Ivan mengungkapkan, saat ini sudah sekitar 10 pasien yang menggunakan program bayi tabung dengan teknologi PGS. Menurut Ivan, teknologi PGS bisa menjadi opsi jika pasangan suami istri telah gagal melakukan proses bayi tabung.
Ivan mengatakan, program bayi tabung dengan PGS ini bukan perkara mudah dan murah. Program bayi tabung dengan teknologi PGS membutuhkan biaya lebih dari Rp 80 juta.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.