Para mahasiswa terlihat lahap menyantap makan siang sebelum mengikuti mata kuliah selanjutnya. Ada yang asyik dengan menu nasi, ayam goreng, dan es teh manis. Ada yang melahap gado-gado, karedok, lontong sayur, sate, dan mi. Ada pula yang membawa nasi sendiri sehingga hanya membeli oseng kangkung serta tahu dan tempe bacem.
Tak tampak kesan cemas di wajah mereka. Mereka makan dengan lahap diselingi canda dan obrolan. Maraknya berita virus hepatitis A yang menulari lebih dari 30 mahasiswa IPB seperti tak merisaukan mereka.
"Karena tidak memasak sendiri, ya, jajan. Yang terjangkau, ya, di kantin kampus atau di warung di luar (kampus)," kata Sejahtera, mahasiswa Fakultas MIPA.
Bagaimana kebersihan dan keamanan makanan di tempat-tempat itu? Sejahtera dan sejumlah temannya tak ada yang berani memastikan. Jawaban mereka nyaris sama, kebersihan makanan baru terjamin jika dibuat sendiri.
Akbar Tanjung, mahasiswa lain Fakultas MIPA yang sempat dirawat di Rumah Sakit Karya Bhakti Pratiwi, Bogor, karena terjangkit hepatitis A, menyatakan, memang sulit mendapatkan makanan yang terjamin bersih, aman, dan sehat saat jajan.
Bertambah
Berdasarkan pendataan IPB sampai Senin, 33 mahasiswa terkena hepatitis A. Pada pemeriksaan kesehatan massal, Jumat pekan lalu, dari 162 mahasiswa yang diperiksa, 11 orang diminta periksa darah dan hasilnya 5 mahasiswa positif terkena hepatitis A sehingga perlu dirawat di rumah sakit.
Keesokan harinya, pemeriksaan massal kembali digelar dan diikuti 405 mahasiswa. Menurut Direktur Kemahasiswaan IPB Sugeng Santoso, Senin lalu, 34 mahasiswa diminta periksa darah, tetapi belum diketahui berapa yang positif hepatitis A.
Dari pendataan itu, mayoritas yang terkena hepatitis A ialah mahasiswa yang tinggal di luar kampus, seperti di pemondokan, kontrakan, atau rumah kos.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.