Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dahsyatnya Efek Pemanasan Global terhadap Kesehatan

Kompas.com - 21/12/2015, 09:01 WIB
Lily Turangan

Penulis

Sumber WHO

 

 

Bencana alam dan variabel curah hujan

Secara global, jumlah bencana alam yang berhubungan dengan cuaca dilaporkan naik hingga tiga kali lipat sejak tahun 1960-an. Setiap tahun, bencana ini mengakibatkan lebih dari 60.000 kematian, terutama di negara-negara berkembang.

Naiknya permukaan laut dan kejadian cuaca ekstrim akan semakin menghancurkan tempat tinggal kita, fasilitas medis dan layanan penting lainnya.

Lebih dari separuh  populasi dunia hidup di wilayah yang hanya berjarak 60 km dari laut. Mereka akan terpaksa pindah, dan pada gilirannya, risiko berbagai efek kesehatan akan semakin tinggi, termasuk gangguan mental dan penyakit menular.

Naiknya variabel curah hujan, air hujan dan air tanah yang mengandung asam akibat polusi, secara langsung memengaruhi suplai air bersih di seluruh dunia.

Kurangnya air bersih terbukti dapat meningkatkan risiko penyakit diare, yang membunuh sekitar 760.000 anak-anak berusia di bawah usia 5 tahun, setiap tahun. Dalam kasus ekstrim, kelangkaan air menyebabkan kekeringan dan kelaparan.

Pada akhir abad ke-21, perubahan iklim cenderung meningkatkan frekuensi dan intensitas kekeringan dalam skala regional dan global.

Frekuensi dan intensitas banjir juga meningkat, begitupun dengan curah hujan yang ekstrim. Banjir mencemari persediaan air tawar, meningkatkan risiko penyakit yang terbawa air, dan menciptakan tempat berkembang biak bagi serangga pembawa penyakit seperti nyamuk dan tikus.

Banjir juga menyebabkan luka-luka fisik dan mental yang tidak terhitung, rumah-rumah rusak, mengganggu pasokan medis, makanan dan pelayanan kesehatan.

Meningkatnya suhu dan variabel curah hujan,  cenderung menurunkan produksi makanan pokok di banyak daerah. Hal ini akan meningkatkan prevalensi gizi buruk, yang sampai saat ini menyebabkan 3,1 juta kematian setiap tahun.

 

Pola infeksi

Kondisi iklim sangat memengaruhi tingkat penyebaran penyakit dan memperpanjang musim penularan penyakit. Misalnya, perubahan iklim diproyeksikan akan secara signifikan memperluas  wilayah hidup siput penyebab penyakit  schistosomiasis di Cina.

Penyebaran penyakit malaria juga sangat dipengaruhi oleh iklim. Ditularkan melalui nyamuk Anopheles, setiap tahunnya malaria membunuh sekitar 600 ribu orang, terutama di Afrika.

Nyamuk Aedes penyebab demam berdarah juga sangat sensitif terhadap cuaca. Studi ilmiah membuktikan, penyebaran penyakit malaria semakin meluas akibat perubahan iklim yang terjadi sekarang ini.

 

Mengukur efek kesehatan

Mengukur efek kesehatan dari perubahan iklim, tidak bisa menghasilkan angka yang pasti tapi kita bisa memperkirakannya. 

Namun demikian, menurut WHO, dengan mempertimbangkan hanya sebagian dari dampak kesehatan yang mungkin terjadi, dan dengan asumsi pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan serta kemajuan teknologi kesehatan, dapat disimpulkan bahwa perubahan iklim  akan menyebabkan kenaikan angka kematian yaitu  sekitar 250.000 jiwa akan hilang  pertahun antara tahun 2030-2050, dengan perincian:

* 38.000 karena gelombang panas dan ini lebih banyak terjadi pada orang tua,

* 48.000 karena diare,

* 60.000 karena malaria,

* 95.000 kematian anak-anak karena malnutrisi.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau