“ Kalau ke kamar mandi, saya pasti muntah. Kalau muntah saya takut tidak sembuh,” jelas Ully.
Dukungan keluarga
Menghadapi efek samping yang menyakitkan, Ully sempat putus asa. Berat badannya turun drastis dan merasa tidak ada perbaikan. Tubuhnya lemah, sehingga sulit berjalan atau sekedar bangun dari tidur.
“Saya merasa tidak sanggup, karena dari kecil dengan obat TB seperti sudah anak kembar. Ketemu terus sama obat-obatan itu,” cerita Ully.
Bagi Ully, yang lebih menyakitkan lagi adalah ketika ia harus menjauh dari anak-anak. Setiap kali anak-anaknya ingin bermanja-manja, Ully selalu menepisnya. Ully sangat takut menularkan TB kepada orang-orang sehat di sekitarnya.
“Terasa pasrah gitu, saya bilang ke suami, saya mau stop minum obat. Enggak apa-apa saya dikeluarkan dari rumah, karena saya takut menularkan keluarga,” kata Ully.
Ully beruntung, suaminya justru memberikan dukungan tak terbatas. Ia terus diingatkan untuk minum obat agar sembuh. Ketiga anaknya pasti membutuhkan Ully. Itulah yang akhirnya membuat Ully bertahan dan semangat untuk sembuh.
“Tidak ada alasan untuk saya tidak minum obat. Support keluarga dan masyarakat penting buat kami penderita TB,” kata Ully yang pernah menceritakan perjuangannya ini di Washington, Amerika Serikat.
Maret 2013, Ully akhirnya dinyatakan sembuh dari TB-MDR oleh tim dokter RS Persahabatan, Jakarta. Pengobatan hingga sembuh total dijalani Ully selama dua tahun. Kuman TB yang diidapnya sejak kecil, ternyata telah menggerogoti paru-parunya.
“Kata dokter, fungsi paru saya yang sebelah hanya 0,2 persen. Jadi sekarang saya hidup dengan satu paru-paru,” kata Ully.
Setelah sembuh, Ully tak mau menyimpan sendiri cerita melawan TB-MDR. Ully aktif di komunitas mantan pasien TB-MDR, Pejuang Tangguh atau disingkat PETA. Perjuangan pasien TB-MDR ternyata tak hanya dalam memerangi kuman TB, tetapi stigma masyarakat dan keluarga sendiri.
Ully menceritakan, banyak teman yang terkena TB-MDR diusir dari tempat tinggal. Hubungan keluarga pun menjadi hancur, seperti diceraikan suami atau istri, bahkan seorang anak dilarang mengakui ayahnya yang menjadi pasien TB.
Ully yang sudah sembuh dari TB-MDR tak takut tertular, meski hampir setiap hari bertemu dengan pasien TB-MDR. Untuk mencegah penularan, Ully selalu memakai masker, menjaga pola hidup bersih dan sehat, serta menjaga daya tahan tubuhnya tetap baik.
Keluarga maupun masyarakat yang mengucilkan pasien TB justru menghambat cita-cita pemerintah dan dunia untuk mengeliminasi hingga eradikasi kuman TB.
Dukungan keluarga sangat penting untuk mengingatkan pasien patuh minum obat sampai tuntas sehingga sembuh dari TB dan tak lagi menularkan ke orang lain.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.