Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Saya Terserang Stroke di Usia 34 Tahun Saat Sedang Hamil"

Kompas.com - 20/06/2016, 21:35 WIB
Lily Turangan

Penulis

KOMPAS.com - Dua tahun lalu, Rachel Owens adalah seorang wanita yang sangat sehat. Di usia yang ke 34 tahun, dia adalah seorang pelari marathon sekaligus wakil presiden di tempat kerjanya. Dia juga sedang dalam proses memulai bisnisnya sendiri dan sedang menunggu kelahiran bayinya.

Kemudian, pada suatu pagi, hidupnya berubah. "Saya bangun untuk ikut lomba marathon, tapi merasa lumpuh di sisi tubuh sebelah kiri. Saya pikir ini karena cara saya tidur dan saya menyalahkan kasur khusus ibu hamil yang saya pakai," kisah Rachel.

Rachel adalah wanita yang aktif dan berhati-hati terhadap apa yang dia makan. Dia tidak memiliki masalah kesehatan yang berarti seperti kolesterol tinggi. Apa yang salah?

Karena tak bisa menggerakkan tubuh, bahkan jari sekalipun, Rachel meminta suaminya untuk menelepon partner lari marathonnya. Untungnya, pasangan ini segera sadar bahwa ada sesuatu yang serius yang sedang terjadi. Kemudian mereka segera menghubungi 911.

Ternyata Rachel mengalami stroke hemoragik. Dokter percaya hal itu disebabkan oleh ruptured arteriovenous malformation (AVM) atau pecahnya malformasi arterivena. Rachel akan menghabiskan empat minggu di ICU dan minimal dua tahun pemulihan dari stroke untuk bisa kembali normal.

Stroke tidak hanya menyerang orang tua. Sekitar 10 persen penderitanya berusia di bawah 50 tahun, menurut sebuah penelitian yang dipublikasikan oleh JAMA.

Ketika paramedis tiba, mereka langsung tahu apa yang sedang terjadi, dan Rachel dioperasi segera setelah dia tiba di rumah sakit.

Karena tidak kehilangan oksigen, dokter meyakinkan Rachel bahwa bayinya yang belum lahir akan baik-baik saja. "Saya tetap khawatir dan berharap dia tidak terpengaruh oleh obat yang saya minum," katanya

Dokter percaya Rachel akan selamat dari stroke, karena dia begitu sehat dan tubuhnya bisa mengelola oksigen dengan baik. Hanya saja waktu pemulihannya akan lama. "Perbaikan otaknya sendiri mungkin akan memakan waktu selama hidup Anda," ucap Rachel.

Untungnya, keluarga Rachel sangat mendukungnya. Suami Rachel menghabiskan waktu seminggu penuh di rumah sakit.

Ayah dan ibunya pindah ke daerah New York tempat Rachel dan suaminya tinggal. Ibunya juga menemani Rachel menjalani fase rehab selama satu bulan penuh. Adiknya, yang juga sedang hamil tujuh bulan, mulai cuti melahirkan lebih awal untuk menghabiskan hari-harinya di sisi Rachel.

Biasanya dokter akan menggunakan angiogram untuk memastikan diagnosa AVM yang menyebabkan stroke seperti yang dialami Rachel.

Namun, prosedur ini tidak dianjurkan pada usia kehamilan 31 minggu seperti yang Rachel alami. Jadi, untuk menghindari komplikasi lebih lanjut, Rachel dijadwalkan menjalani operasi Caesar pada tanggal 7 Juli, 2014, dan dia melahirkan seorang bayi perempuan yang sehat. "Secara emosional, itu adalah waktu-waktu yang sangat sulit," kata Rachel.

 

Pemulihan pikiran dan tubuh

Sekitar 32 minggu setelah stroke, Rachel menjadi pasien rehabilitasi. Dia menghabiskan waktu lima bulan di kursi roda karena tidak bisa berjalan.

Dia juga menjalani terapi orthotics untuk kakinya selama satu bulan. Setelah sekitar 18 bulan, dia bisa menyingkirkan tongkat yang biasa digunakan untuk membantunya berjalan.

Hari ini, dua tahun setelah kejadian tersebut, Rachel telah kembali bekerja penuh waktu dan membangun perusahaan barunya, mBand.

Namun, rehabilitasi masih merupakan bagian konstan kehidupan Rachel. Tiga hari seminggu, dia pergi ke terapi fisik dan terapi okupasi untuk lengan dan tangannya. Dia juga berlatih Pilates dan yoga.

"Keduanya membantu proses kerja otak dan gerakan saya. Yoga dan pilates membantu dengan cara terapi tradisional yang tidak biasa," katanya.

Tidak ada yang mudah. Kemampuannya untuk berjalan memang membaik, tapi masih belum normal. Setiap langkah membutuhkan pemikiran. Melalui video dirinya, Rachel melacak perbaikan yang dicapainya dari waktu ke waktu.

"Secara fisik, latihan terbesar dari proses pemulihan adalah belajar naik kereta bawah tanah lagi," katanya. Dia dan suaminya juga membeli apartemen di lantai tiga, sehingga Rachel bisa naik turun tangga sebagai bagian dari latihannya.

Karena stroke menyerang otak, Rachel harus melatih kemampuan otak dengan berbagai latihan keterampilan motorik. Sebagai contoh, meskipun bukan kidal, dia mengajar dirinya untuk menulis kidal.

"Anda harus memaksa diri untuk menggunakan sisi yang terkena serangan," katanya. "Alasan saya memiliki kelemahan bukan karena otot yang pecah, tapi karena koneksi saraf di otak saya rusak."

"Selama Anda tidak menyerah, otak Anda akan terus pulih," kata Rachel. "Jadi Anda hanya harus terus berjuang." Dan dia melakukannya. "Setiap minggu, saya melihat perbaikan," kata Rachel.

Hari-hari ini, putri Rachel suka menari bersamanya. "Dia akan mencoba untuk membuka tangan saya dan saya akan bertepuk tangan," katanya.

"Dia sudah cukup umur untuk menyadari apa yang terjadi. Dia suka menarik jari-jari saya dan membukanya. Ini lucu, tetapi juga memotivasi," kata Rachel.

Perjuangan Rachel masih panjang. "Saya ingin memastikan, bahwa suatu hari saya dapat berjalan bebas dan normal dengan putri saya. Ketika itu terjadi, saya tahu bahwa pengalaman ini membuat saya menjadi orang yang berbeda. "

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau