Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 29/06/2016, 21:00 WIB

Menurut Yenny, persoalan imunisasi bukan sekadar vaksin palsu ini. ”Pengalaman saya, stok beberapa vaksin tidak ada di rumah sakit-rumah sakit, misalnya vaksin cacar air sempat kosong selama sekitar dua tahun,” tuturnya.

Kekosongan stok vaksin itu bisa memicu orang memproduksi dan menjual vaksin palsu. ”Kementerian Kesehatan mesti mengontrol semua klinik untuk menjamin ketersediaan vaksin yang teruji. Kalau pengawasan pasokan vaksin lemah, ini bisa dimanfaatkan seseorang untuk membuat vaksin palsu, dan para ibu pasti akan mencari vaksin ke mana-mana,” kata Yenny.

Dicampur kue basah

Bukan sekadar palsu atau tidak, pola penyimpanan vaksin di sejumlah rumah sakit juga banyak yang sembarangan sehingga merusak kualitas vaksin.

Di Makassar, Sulawesi Selatan, misalnya, Kepala Dinas Kesehatan Kota Makassar Naisyah Azikin memimpin pemeriksaan di dua rumah sakit bersalin (RSB) dan satu rumah sakit. Petugas menemukan kedua RSB tidak menggunakan alat penyimpanan vaksin yang standar berupa mesin cold chain, melainkan hanya kulkas atau lemari es rumah tangga.

Dari hasil pemeriksaan, suhu kulkas di kedua RSB itu juga tak memenuhi standar 2-8 derajat celsius yang disyaratkan untuk menyimpan vaksin. Bahkan, di kulkas salah satu RSB, penyimpanan vaksin dicampur dengan kue basah, makanan, dan telur ayam.

Adapun di satu RS yang diperiksa, alat penyimpanan vaksin yang dipakai juga bukan jenis cold chain, melainkan lemari es komersial. Namun, suhu lemari es RS itu berada di kisaran 2-8 derajat celsius sehingga masih dapat diterima Dinas Kesehatan Kota Makassar.

Naisyah mengatakan, pihaknya menarik semua persediaan vaksin yang dimiliki kedua RSB tersebut. Penyimpanan vaksin yang tak sesuai standar, apalagi bercampur dengan barang lain, dapat menurunkan kualitas vaksin sehingga tak efektif lagi dalam memberikan efek kekebalan tubuh.

”Kedua RSB itu juga dilarang memberikan layanan vaksin kepada pasien hingga memiliki alat penyimpanan vaksin yang memadai,” kata Naisyah.

Tak terlindungi

Ditemui terpisah, Kepala Puskesmas Kelurahan Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Sri Lestari mengatakan, pihaknya memperoleh pasokan vaksin dari puskesmas kecamatan yang dipasok dari suku dinas kesehatan kota dan dinas kesehatan provinsi. Semua vaksin diproduksi oleh PT Bio Farma (Persero).

Sri mengatakan, pemberian vaksin palsu itu memang tak membahayakan pasien, tetapi membuat pasien tidak terlindungi pada masa depan. Selain itu, sulit untuk mengidentifikasi apakah pasien telah diberi vaksin yang asli atau palsu.

”Ngerinya itu kalau beberapa tahun lagi muncul gejala besar berbagai penyakit, bisa jadi mereka adalah korban vaksin palsu,” ujar Sri.

Kejahatan luar biasa yang telah diabaikan sekian lama ini sungguh-sungguh mengancam masa depan bangsa....

(DEA/EVY/C03/C11/ENG)


Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 29 Juni 2016, di halaman 1 dengan judul "Jangan-jangan Vaksin Anakku Palsu...".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau