Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bisakah Bayi Hidrosefalus Sembuh dan Tumbuh Normal?

Kompas.com - 24/08/2016, 14:40 WIB

KOMPAS.com - Istilah hidrosefalus berasal dari bahasa Yunani "hydro" yang berarti air dan "cephalus" yang berarti kepala, merupakan kondisi dengan ciri utama akumulasi cairan yang berlebihan di otak.

Pemicu hidrosefalus pada bayi belum diketahui dengan jelas, tetapi secara umum dapat disebabkan oleh cacat genetik, perdarahan pada janin sebelum kelahiran, infeksi pada ibu seperti toksoplasma atau sifilis, atau cacat lahir seperti spina bifida.

Terapi hidrosefalus sebaiknya dilakukan sebelum bayi berumur 4 bulan untuk mengurangi risiko kerusakan otak.

Tujuan utama pengobatan penyakit ini adalah mengurangi jumlah cairan di otak. Biasanya dokter akan menempatkan selang fleksibel yang disebut shunt, ke otak untuk mengeringkan cairan.

Shunt tersebut akan membawa cairan ke bagian tubuh lain, biasanya perut atau jantung, agar cairan itu dapat diserap.

Shunt pada umumnya akan dibiarkan di otak seumur hidup. Penggantian dilakukan bila shunt tersumbat atau terinfeksi.

Selain pemasangan shunt, bisa juga dilakukan operasi ETV (endocopic third ventriculostomy). Dalam prosedur tersebut, dokter akan membuat lubang kecil di bagian dalam otak sehingga cairan di otak bisa mengalir bebas.

Untuk kasus darurat, dokter juga akan memberikan obat-obatan atau prosedur mengeringkan cairan otak sebelum shunt bisa dipasang.

Bila anak hidrosefalus mengalami gangguan perkembangan yang disebabkan oleh kerusakan pada otak, terapi untuk mengatasi kelambatan tumbuh kembang itu dapat dilakukan. Misalnya saja terapi wicara atau terapi fisik untuk mengatasi gangguan kemampuan motorik.

Yang harus diperhatikan, orangtua dan dokter harus mewaspadai kemungkinan cairan di otak menumpuk lagi. Shunt juga bisa tersumbat atau terinfeksi.

Bila anak tampak rewel, tak nafsu makan, kebanyakan tidur, dan sering muntah, itu merupakan tanda adanya kelebihan cairan berulang di otak.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com