KOMPAS.com - Walau letaknya tersembunyi, tetapi agar vagina sehat dibutuhkan kebersihan dan perhatian seperti halnya bagian tubuh lainnya.
Penyebab utama vagina menjadi kering adalah faktor hormonal. Dalam hidup wanita, ada dua hal yang dapat menyebabkan hormon estrogen turun dan berdampak pada kekeringan vagina, yaitu masa menyusui dan menopause.
Saat masa menyusui, kadar estrogen akan turun drastis. Kondisi itu bukan cuma menyebabkan kekeringan, tapi juga rasa nyeri dan sensasi terbakar saat berhubungan seks. Setelah masa menyusui dilewati, kadar hormon estrogen akan kembali normal dan keluhan pada vagina juga menghilang.
Penyebab kekeringan lainnya adalah menopause, umumnya dialami wanita berusia 50-an. Dalam masa ini, ovarium berhenti memproduksi estrogen. Padahal, estrogen berperan dalam menghidrasi vagina.
Kabar baiknya, ada berbagai terapi yang bisa dilakukan untuk mengembalikan hidrasi vagina, yaitu menggunakan produk yang memang dibuat khusus untuk bagian tubuh yang sensitif ini.
Selain letaknya yang sangat dekat dengan anus, vagina juga bisa terpapar urine dan keringat. Karenanya, membersihkan vagina secara rutin sangat penting untuk mencegah bakteri berkembang biak. Walau begitu, jangan sampai salah rawat.
Vagina memiliki tingkat keasaman tertentu yaitu sekigar 3,5 agar organisme yang bermanfaat bisa menjadi penghuni tetap. Segala hal yang bisa mengganggu keseimbangan flora dalam vagina bisa memicu infeksi, kekeringan, gatal, bahkan sensasi rasa terbakar.
Penggunaan produk pembersih vagina yang berlebihan juga akan mengganggu keseimbangan keasaman dan mengiritasi area vagina. Selain itu, pemakaian sabun berpengharum, tisu pembersih, air liur, cairan mani, dan kontrasepsi juga bisa memengaruhi kelembaban vagina.
Untuk mencegahnya, selalu gunakan produk pembersih vagina yang lembut dan tidak mengandung pewangi. Bahkan, sebenarnya membersihkan dengan air dan langsung dikeringkan saja sudah cukup. Menggunakan sabun mandi untuk membersihkan vagina juga kurang tepat karena pH sabun mandi terlalu tinggi.
Organ vagina juga sensitif pada rutinitas sehari-hari, termasuk pola makan, stres, dan seks, terutama jika kurang dilakukan foreplay sebelum penetrasi.