Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 22/10/2016, 09:04 WIB

KOMPAS.com -  Jumlah penyandang diabetes melitus di sejumlah negara, termasuk Indonesia, terus meningkat. Tetapi peningkatan paling pesat terjadi di negara berpenghasilan rendah-menengah. Saat ini, 60 persen populasi diabetes dunia ada di Asia.

Bila dibandingkan dengan orang di Eropa dan Amerika, orang-orang Asia memang lebih beresiko menderita diabetes melitus atau kencing manis. Orang Asia juga cenderung menderita penyakit ini meski indeks massa tubuhnya rendah atau tidak gemuk. Berbeda dengan di negara maju, diabetes sebagian besar terjadi pada orang yang obesitas.

Dalam beberapa penelitian disimpulkan, risiko diabetes yang membayangi orang Asia, terutama Asia Selatan, adalah karena mereka memiliki otot lebih sedikit dan lemak perut lebih banyak. Kondisi tersebut meningkatkan resistensi insulin atau gangguan metabolisme tubuh sehingga tidak bisa memakai insulin tubuh.

Teknologi imaging untuk mengukur lemak pada manusia juga menunjukkan, orang Asia yang indeks massa tubuhnya (IMT) normal ternyata memiliki lebih banyak lemak di sekeliling organ dalam dan di perut, dibandingkan dengan orang Eropa yang nilai IMT-nya sama.

Faktor lainnya adalah perubahan gaya hidup menjadi kurang bergerak, urbanisasi, dan kalori murah dalam bentuk makanan yang diproses, terutama karbohidrat, membuat risiko diabetes mencuat.

Ancaman diabetes tersebut sebenarnya bisa ditepis, antara lain dengan memiliki gaya hidup sehat sejak dini. Menjaga pola makan sehat, mengurangi makanan berlemak dan karbohidrat, serta banyak melakukan aktivitas fisik.

Jaga berat badan dan juga lingkar perut tetap normal. Selain itu, lakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala, antara lain mengukur kadar gula darah. Diabetes adalah penyakit yang pada awalnya tidak bergejala. Bila sudah timbul keluhan, berarti penyakitnya sudah terlanjur memburuk.

Baca juga: Diabetes, Pembunuh dalam Senyap

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau