KOMPAS.com - Minum pil KB tidak hanya bermanfaat mencegah kehamilan dan mempercantik kulit wanita. Pil itu pun membantu meredakan nyeri saat menstruasi. Namun, studi baru mengungkapkan ada jenis pil KB yang mempengaruhi seberapa sering wanita berhubungan seks.
Periset dari Norwegian University of Science and Technologi (NTNU) dan University of New Mexico mensurvei total 387 wanita pengguna pil KB dan terikat dalam hubungan heteroseksual.
Beberapa diikuti selama 12 minggu dan ditanyai seberapa sering mereka berhubungan seks. Sementara wanita-wanita lain mengisi kuesioner seberapa sering berhubungan seks di pekan sebelumnya. Mereka pun ditanyai komitmen terhadap hubungan yang dijalani dan jenis pil KB yang dipakai.
Wanita yang merasa komitmen paling besar pada hubungan, berhubungan seks paling banyak ketika memakai pil dengan progestin tertinggi dan bentuk estrogen yang disebut estradiol lebih rendah.
Di sisi lain, wanita yang merasa kurang loyal dengan pasangannya, mereka paling sering berhubungan seks ketika memakai pil dengan progestin lebih rendah dan estrogen lebih lebih tinggi.
Perbedaan hormonal itu hanya memengaruhi frekuensi hubungan seks, bukan seks oral, masturbasi atau pun fantasi seksual.
Penemuan yang diterbitkan di jurnal Evolution & Human Behavior ini membantu mendukung teori bahwa pasangan secara biologis terdorong berhubungan seks di luar ovulasi, karena membantu mereka lebih dekat secara emosi.
"Fakta bahwa wanita menginginkan seks di luar masa ovulasi, tidak seperti hewan, merupakan misteri evolusi," kata Leif Edward Ottesen Kennair, profesor psikologi dari NTNU.
Studi tersebut pun mendukung pemikiran, bahwa hormon alami dan sintetis dapat memengaruhi dorongan biologis.
Riset sebelumnya menemukan, wanita yang tak berkomitmen pada hubungannya mungkin tidak memiliki dorongan biologis kuat untuk berhubungan seks, dengan tujuan mendekatkan diri dengan pasangan dibandingkan dengan mereka yang berkomitmen.
Penemuan ini mungkin berarti mengganti pil KB dapat membantu pasangan lebih sering berhubungan seks. Namun peneliti mengatakan mereka belum dapat mengeluarkan saran itu. Studi ini baru mampu menampilkan asosiasi, bukan sebab akibat.
"Ini bukan hanya efek hormon, tetapi juga interaksi antara hormon dan kadar komitmen terhadap relasi dengan pasangan," kata Kennair.
Studi menemukan, wanita yang setia dengan pasangan berhubungan seks lebih sering pada masa tak subur "agar lebih dekat dengan pasangan", bahkan ketika mereka tak menyadari motivasi bawah sadar ini.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.