MALANG, KOMPAS.com - Penggunaan kontrasepsi tak sekedar membatasi angka kelahiran bayi. Lebih dari itu, tujuannya untuk meningkatkan kesehatan ibu dan kesejahteraan keluarga. Sayangnya, masih banyak wanita yang malas ikut program Keluarga Berencana (KB) karena takut dengan efek samping penggunaan kontrasepsi hormonal.
Wuri Andayani, seorang bidan di Puskesmas Tajinan, Kabupaten Malang, Jawa Timur mengungkapkan, sering kali para wanita khawatir dengan efek samping penggunaan kontrasepsi, seperti haid yang tidak teratur, kegemukan, hingga takut mengganggu hubungan suami istri.
"Jadi kita meluruskan isu di masyarakat itu, terutama sugesti yang ada. Masyarakat, kan suka percaya katanya-katanya. Kita kasih kontrasepsi yang tepat," kata Wuri saat ditemui di sela-sela peringatan Hari Kontrasepsi Sedunia di Desa Robyong, Kabupaten Malang, Selasa (27/9/2016).
Penggunaan kontrasepsi memang disesuaikan dengan kecocokan atau kenyamanan seseorang. Saat ini sudah banyak pilihan kontrasepsi, baik hormonal maupun non-hormonal.
Wuri yang juga menjadi Duta KB Malang Sejahtera binaan PT Bayer Indonesia itu mengatakan, jika tidak mengikuti program KB, justru banyak risiko buruk yang dapat terjadi.
"Kita edukasi masyarakat kalangan menengah ke bawah, banyak yang kurang tahu kontrasepsi jangka pendek dan panjang, dan faktor risiko ibu kalau enggak ber-KB," papar Wuri.
Dalam peringatan Hari Kontrasepsi Sedunia di Desa Poncokusumo, Kabupateng Malang, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Indonesia, Puan Maharani juga menyinggung alasan banyak wanita tak mau mengikuti progam KB, yaitu takut badan menjadi gemuk.
"KB suntik itu katanya menambah napsu makan. Yang seperti ini harus diberikan edukasi dan sosialisasi yang benar. Kalau badannya gemuk, ya makannya juga dijaga," kata Puan.
Sementara itu, Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi BKKBN, Dwi Listyawardani mengatakan, metode kontrasepsi saat ini sudah mengalami banyak perkembanganng. Banyak pilihan kontrasepsi jangka pendek dan panjang yang bisa disesuaikan.
"Sudah ada revolusi kontrasepsi, dulu efek hormonal tinggi, sekarang lebih halus," kata Dwi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.