KOMPAS.com - Gabungan perusahaan makanan membuat studi tandingan untuk mempertanyakan kebijakan pembatasan gula yang dibuat oleh berbagai badan kesehatan, termasuk World Health Organization (WHO).
Studi ini didanai oleh International Life Sciences Institute. Yang anggotanya antara lain Coca Cola Co, PepsiCo Inc, Mars Inc, dan Hershey Co.
Hasil studi itu menyebut bahwa tidak ada bukti yang jelas mengenai gula dapat merusak kesehatan.
Studi itu juga mempertanyakan keabsahan bukti yang digunakan oleh berbagai organisasi kesehatan, termasuk WHO dan pemerintah Amerika saat melakukan penelitian dan mengeluarkan anjuran pembatasan asupan gula dengan alasan kesehatan.
“Panduan pembatasan gula yang dikeluarkan tidak memenuhi syarat rekomendasi terpercaya dan didasari atas bukti yang lemah,” ujar Bradley Johnson dari The Hospital for Sick Children Research Institue dan penulis artikel ilmiah ini.
Studi ini juga menyebut bahwa informasi yang saling silang dari berbagai organisasi bisa membingungkan masyarakat. Studi ini dimuat dalam jurnal ilmiah Annals of Internal Medicine (AIM).
Secara mengejutkan, AIM turut menerbitkan sebuah laporan yang menyebut bahwa studi ini merupakan politisasi ilmu pengetahuan.
Laporan itu juga menyebut kalau panduan yang dikeluarkan oleh pemerintah Amerika, pemerintah Inggris, dan WHO memiliki konsistensi yang sangat jelas.
Sebelumnya, industri makanan pernah mendanai sebuah penelitian yang menimbulkan kebingungan masyarakat mengenai panduan dalam mengasup makanan.
Tahun 2014, perusahaan soda mendanai penelitian yang menyebut bahwa diet soda lebih baik ketimbang air dalam hal menurunkan berat badan.
Kali ini, penelitian tentang asupan gula dilatarbelakangi oleh anjuran WHO dan berbagai badan kesehatan kepada masyarakat untuk mengurangi asupan gula, yang notabene banyak terdapat dalam makanan dan minuman olahan.
Anjuran tersebut dikeluarkan untuk menekan angka obesitas, diabetes, dan penyakit lainnya.
Dampak dari anjuran ini, beberapa negara bagian Amerika menerapkan kenaikan pajak untuk minuman kaleng atau soda. Tujuannya agar masyarakat mengurangi konsumsi minuman tersebut.
Sumber : reuters
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.