KOMPAS.com - Infeksi virus dan bakteri dapat terjadi pada siapa pun, tetapi jenis infeksi tertentu lebih mungkin terjadi pada ibu hamil. Kehamilan juga bisa membuat infeksi menjadi lebih parah.
Banyak jenis infeksi yang dialami calon ibu tidak membahayakan bayi. Namun, beberapa infeksi dapat ditularkan ke bayi melalui plasenta atau selama kelahiran. Hal ini dapat menyebabkan komplikasi pada bayi.
Dalam beberapa kasus, pengobatan mungkin tidak diperlukan. Untuk membantu mencegah infeksi, cuci tangan secara teratur, konsumsi hanya makanan bersih dan matang (terutama daging hewan), praktikkan seks yang aman.
Selama kehamilan, sistem kekebalan tubuh berubah sehingga dapat melindungi Anda dan bayi Anda dari penyakit.
Berbagai bagian dari sistem kekebalan tubuh akan meningkat dan sebagian lagi akan ditekan menjadi lebih rendah. Ini menciptakan keseimbangan yang dapat mencegah infeksi pada bayi tanpa mengorbankan kesehatan ibu.
Perubahan ini juga membantu melindungi bayi Anda dari pertahanan tubuh Anda sendiri. Secara teori, tubuh Anda harusnya menolak bayi karena itu adalah "benda asing" tapi ternyata tidak.
Karena perubahan mekanisme perlindungan ini, Anda jadi lebih rentan terhadap infeksi yang biasanya tidak menyebabkan penyakit.
Selama kehamilan, sistem kekebalan tubuh harus bekerja lebih keras karena mendukung dua makhluk hidup. Hal ini jugalah yang membuat Anda rentan terhadap infeksi tertentu.
Risiko infeksi selama kehamilan
Risiko untuk ibu
Beberapa infeksi yang terjadi selama kehamilan bisa menimbulkan masalah, terutama bagi ibu. Infeksi yang lebih berpengaruh ke ibu antara lain adalah; infeksi saluran kemih, vaginitis dan infeksi postpartum.
Risiko untuk bayi
Ada juga jenis infeksi lain yang lebih berpengaruh ke bayi, misalnya; cytomegalovirus, toksoplasmosis dan parvovirus yang dapat ditularkan dari ibu ke bayi. Jika hal ini terjadi, mungkin dapat menimbulkan konsekuensi serius.
Tidak ada pengobatan yang efektif untuk infeksi cytomegalovirus yang muncul pada saat bayi lahir. Antibiotik yang ada saat ini hanya dapat mengobati toksoplasmosis. Juga tidak ada antibiotik untuk parvovirus namun infeksi dapat diobati dengan transfusi darah intrauterin.
Risiko bagi ibu dan bayi